Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Semua bahan dihaluskan lalu dimasukkan ke air beras yang telah disiapkan dan difermentasi selama 30 hari.
Saat ini kelompok tani yang dipimpinnya juga memproduksi pupuk kompos. Tahun ini produksinya sudah mencapai sekitar 40 ton pupuk kompos, sebagian pupuk itu digunakan anggotanya dan sebagian lagi dijual.
Namun, ada cerita menarik dari apa yang disampaikan Pajarudin, yakni teknik pembasmian hama tikus dengan pembuatan sarang dan budi daya burung hantu.
Seekor burung hantu, katanya, dapat menghasilkan 12 butir telur. Setiap burung hantu dapat mengkonsumsi 5-7 tikus. Kalkulasi sederhana itu memberikan gambaran bahwa pembasmian hama tikus dengan burung hantu tergolong efektif.
"Teknik pembasmian hama dengan burung hantu ternyata cukup efektif karena dalam beberapa tahun terakhir nyaris tidak ada keluhan kerusakan tanaman dari para petani setempat akibat serangan binatang pengerat tersebut," lanjutnya.
Meski tidak tamat Sekolah Dasar, Pajarudin memiliki berbagai pengetahuan dalam dunia pertanian didapatkan melalui sejumlah pelatihan.
Untuk menjelaskan itu Pajarudin mengungkap dalam Sasak, bahwa hidup itu terpusat tiga hal. ngaro, ngarat, dan ngaji.
Ngaro dalam bahasa Sasak merupakan istilah pertanian yang berarti mengolah tanah. Ngaro secara filosofi merujuk kepada serangkaian aktivitas pertanian.
Ngarat secara harfiah dalam bahasa Sasak berarti memelihara hewan. Ngarat menurutnya bukan hanya memelihara hewan tetapi semua makhluk hidup dan alam.
Ngaji biasanya identik dengan belajar al-Qur'an. Dalam konsep Pak Pajar, ngaji lebih dari itu. Istilah itu mengacu kepada belajar sebagai bagian dari kebutuhan manusia.
"Dari alam untuk alam," begitu jargon yang dapat disimpulkan dari Pajarudin.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Aktivitas Kelompok Tani Semu Dane Desa Pengembur, Lombok Tengah: Dari Alam untuk Alam"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.