Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Terjadi hopeless of job merupakan multifaktor. Keadaan saat pandemi beberapa tahun yang lalu menaikkan angka hopeless of job cukup signifikan.
Banyak perusahaan mengurangi bahkan merumahkan pekerjanya. Angkanya mencapai 1,1 Juta atau setara dengan 20,82 % pada tahun 2022.
Keadaan ekonomi makro dan keadaan politik juga sedikit banyak memberikan dampak sulitnya memperoleh pekerjaan.
Sebagai contoh, di Kabupaten Tangerang yang merupakan wilayah Industri banyak pabrik yang tutup.
Persaingan mendapatkan pekerjaan menjadi sangat tinggi. Sementara lulusan dari jenjang sekolah menengah atas dan sarjana terus bertambah.
Secara umum ada empat hal yang ditengarai sebagai faktor tingginya angka hopeless of job.
Pertama, faktor rendahnya tingkat pendidikan yang 55,8% lulusan SMP ke bawah. Ditambah dengan rendahnya skil yang dimiliki.
Pekerjaan formal mensyaratkan lulusan jenjang SMA untuk pekerja pabrik, sales lapangan, operator dan beberapa pekerjaan lainnya. Bahkan untuk tingkat ini lulusan S1 juga ikut melamar.
Lulusan di bawah SMP biasanya banyak diserap sebagai pekerja informal. Baik sebagai pelayan hingga bagian kebersihan.
Walaupun sektor informal jauh lebih besar dari sektor formal, kebanyakan pekerjanya si pemilik usahanya sendiri atau masih punya hubungan keluarga.
Kedua, Kurangnya lapangan pekerjaan formal. Menurut data BPS , sektor formal menyumbang 40,69% (Data Agustus 2022).
Angka ini tentu membuat angka keterserapan pekerja menjadi terbatas. Sektor formal juga banyak tersedia di perkotaan atau wilayah industri.
Hal ini yang membuat terjadinya pergerakan orang dari daerah menuju kota untuk mencari kerja.
Pekerjaan sebagai petani juga tidak menarik minat anak muda, selain tanah yang sudah banyak berubah fungsi menjadi perumahan baru.
Ketiga, Ketidaksesuaian antara pendidikan dan pekerjaan , atau istilah industrinya link and match. Ketidaksesuaian ini sering membuat seseorang sulit mendapatkan pekerjaan sesuai dengan minat dan skill yang dimiliki.
Orang yang hanya lulusan SMA umum sulit diterima di pekerjaan konstruksi atau manufaktur yang membutuhkan keterampilan khusus.
Keempat, Terjadi perubahan dan pergeseran budaya kerja yang fleksibel. Salah satu hal positif saat pandemi adalah perubahan cara kerja offline menjadi online atau gabungan dari keduanya yang biasa disebut hibrid.
Perubahan ini juga membuat perusahaan tidak memerlukan kantor yang luas bahkan yang bekerja dari coworking space atau dari cafe.
Dampaknya, pekerjaan semakin lebih mudah dan perusahaan bisa mengurangi jumlah pekerjanya. apalagi teknologi informasi yang sudah sangat mudah dengan adanya kecerdasan artifisial (AI). Banyak pekerjaan bisa dikerjakan secara cepat tanpa memerlukan keterampilan tertentu.
Lalu Apa Solusi yang Bisa Dilakukan?
Hopeless of Job terjadi karena sulitnya mencari pekerjaan yang didambakan. Keterbatasan pekerjaan di sektor formal.
Terjadi persaingan yang ketat di kalangan calon pekerja. Semakin tersedianya aplikasi untuk kemudahan beberapa pekerjaan.
Orang yang tak kunjung diterima kerja formal sejatinya bisa beralih menjadi pekerja mandiri untuk hal kreatif.
Memang dibutuhkan keterampilan tambahan, dibutuhkan jaringan dan market yang lebih luas. Tak melulu di wilayah lokal tapi bisa menjangkau nasional bahkan global.
Ada orang yang menjual baju batik dari sebuah wilayah yang masuk kategori desa di Jawa Tengah, namun dengan keterampilan penjualan online, usahanya bisa meraup omset yang besar.
Pembelinya dari seluruh wilayah di Indonesia bahkan ke luar negeri. Tempat bekerja sudah tak memandang kota atau desa. Semua akan sama saja.
Asal ada jaringan internet yang stabil dan baik. Itu yang menyebabkan lebih baik pemerintah bisa memberikan jaringan internet yang mudah dan gratis ketimbang memberikan makan gratis (maaf keluar konteks).
Solusinya adalah cobalah menjadi pekerja mandiri, bisa Enterpreneur, Solopreneur, atau apalah sebutannya. Gunakan media sosial yang ada, atau marketplace yang banyak tersedia.
Hopeless of Job bisa diatasi dengan merubah mindset, dari pelamar kerja menjadi pembuat kerja.
Melamar pekerjaan menjadi dilamar untuk suatu pekerjaan. banyak jalan namun perlu effort, perlu kesabaran. Perlu banyak belajar. Perbanyak jaringan.
Karena sudah banyak contoh berhasil, sudah banyak orang sukses dari cara menjadi pekerja mandiri. Percayalah dan banyaklah berdoa dengan ikhtiar terbaik.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Hopeless of Job, Kenapa Bisa Terjadi?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.