Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dina Amalia (Kaka D)
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dina Amalia (Kaka D) adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Kompas.com - 30/09/2024, 23:37 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

"Apakah mencantumkan kata AI? Apakah boleh? Atau apakah tujuan AI memang digunakan (sebagai topeng) seakan-akan hasil dari karya (tulisan) sendiri? Sehingga bisa menjadi kalimat yang tersusun rapih".

Menggunakan AI dalam dunia pendidikan seperti ini masih tabu (pada saat itu), karena yang umumnya diketahui adalah bahwa tugas akhir harus real karya sendiri yang diperkuat oleh sumber otentik seperti dari buku dan jurnal.

Bahkan jumlah buku dan jurnal yang digunakan untuk tugas akhir biasanya terdapat jumlah khusus yang sudah ditetapkan dan harus dipatuhi, seperti misal wajib menggunakan minimal 15 buku dengan tahun terbit di atas 2013 dan minimal 10 jurnal dengan tahun terbit di atas 2012.

Jika, sebuah karya diterbitkan dari hasil menggunakan AI, lalu apa yang disebut dengan keaslian karya?

Buku di Antara Bayang-Bayang Kecerdasan Buatan

Sama seperti contoh di atas. Menjadi kekhawatiran tersendiri ketika AI dimanfaatkan dalam dunia penulisan hingga penerbitan buku.

Mewarta dari AIDA, hal ini akan menimbulkan dan memperburuk masalah, dari mulai hak cipta hingga pengawasan privasi. Kekhawatiran ini bisa terlihat, diperkuat dan diperjelas ketika kita kesulitan untuk membedakan mana hasil karya manusia dan mana hasil dari AI.

Yuval Noah Harari dalam buku terbarunya, yakni Nexus: A Brief History of Information Networks from the Stone Age to AI mengungkap sekaligus memberikan sebuah argumen, bahwa AI menjadi wakil dari "kekuatan baru" yang tergolong amat radikal pada kemajuan peradaban umat manusia. 

Argumen tersebut juga pernah diutarakan olehnya pada sebuah artikel, mengenai kekuatan AI yang dimanfaatkan untuk memanipulasi budaya, bahasa, dan masyarakat. Di mana dalam artikel ini, Harari seakan memberi peringatan bahwasannya AI sudah "meretas sistem operasi peradaban manusia".

Buku, memiliki pengalaman yang amat mendalam dari si penulisnya. Bukan hanya sekadar menjadi media dan warisan informasi yang akurat, melainkan juga sebagai wadah untuk menebarkan emosi, budaya, hingga filosofi kehidupan yang lebih mendalam.

Kehadiran AI seakan menjadi ancaman untuk keberagaman kreativitas dan intelektual seperti pada bidang sastra ataupun akademis.

AI, bisa saja menghasilkan karya yang tergolong memenuhi sebuah standar seperti aksesibilitas.

Namun tetap saja memiliki kekurangan hingga tidak mampu menyaingi emosional dan kualitas, sehingga memadamkan peran buku sebagai refleksi dan cermin dari pemikiran dan pengalaman autentik manusia.

Selaras seperti yang dikatakan oleh Harari dalam buku Nexus, walaupun AI diciptakan oleh manusia, namun tetap saja tidak akan bisa mempunyai jiwa.

"Jiwa" dalam hal ini berarti sebuah dorongan "unik" manusia untuk terus berkreasi. Jadi, mau sehebat apapun AI, tidak akan bisa untuk menyamai dan menyaingi manusia. Terlebih, AI juga tidak mampu untuk mendorong emosi, kreativitas, hingga penalaran yang moral dan etis.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau