Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dina Amalia
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dina Amalia adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Kompas.com - 30/09/2024, 23:37 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Lalu, bagaimana nasib masa depan keberagaman kreativitas dan bahasa? Seakan menjadi pertanyaan sekaligus pengingat tersendiri mengenai posisi AI dan penulis manusia dalam menciptakan sebuah karya / tulisan.

Baik pada bidang akademis ataupun penulisan lainnya, pasti kita sempat berpikir bahwa "Kan ada pengecekan plagiarisme sebelum sebuah karya (penulisan) diterbitkan, pastinya sudah terjamin dong jika hasilnya akurat maka itu karya manusia".

Melansir dari AIDA, hadirnya AI pada dunia penulisan (akademis) sendiri memicu resiko plagiarisme. Maka, dalam hal inilah diperlukan tiang pedoman yang sangat jelas dan kokoh terkait pemanfaatan AI khususnya pada (penulisan) ilmiah.

Ketika ingin mencoba membedakan antara tulisan hasil dari teks AI dengan penulisan manusia, biasanya dapat kita cermati dari sisi kebakuan bahasa. Dari sisi penulisan manusia, mau menggunakan bahasa sebaku apapun, tentunya masih tetap nyambung dan mudah dicerna, apalagi bagi penulis yang melekat dengan bahasa sehari-hari atau apa adanya, jadi sangat mudah dikenali. 

Namun, lain halnya dengan AI, di mana bahasanya terkadang tidak sinkron antara satu kata ke kata lainnya ataupun satu kalimat ke kalimat lainnya, meskipun sekilas terlihat meyakinkan dan nyambung-nyambung aja.

Namun, begitu dicerna lagi AI tidak membahas konteks dan teori yang diperlukan secara mendalam, jadi ketika hasil teksnya keluar tidak benar-benar menghasilkan analisis yang bermakna.

Melihat fenomena ini, mengingatkan kita pada buku lawas, masih sangat kental akan keindahan bahasa yang ditata rapi melalui pemahaman mendalam, bahkan bukan hanya sekadar pemahaman semata melainkan juga lahir dari renungan penulisnya.

Sehingga, ketika masih membacanya sampai saat ini, akan merasa jauh lebih melekat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan interpersonal.

Bukan data dan algoritma yang terhitung, buku lawas lahir dari buah pikir dan perjalanan penulisnya yang kalau dibaca di masa saat ini selayaknya kita sedang diajarkan bagaimana caranya untuk menghargai halusnya metafora hingga keindahan bahasa, di mana aspek-aspek ini kerap terabai pada hasil teks yang dilahirkan AI.

Salah satu cara terbaik ketika hidup berdampingan dengan AI adalah mengingat dan menanamkan, bahwasannya kita sebagai manusia perlu memberi batasan dan tanggung jawab, bahwa dalam berproses atau melengkapi berbagai kreativitas, AI "cukup" dimanfaatkan sebagai alat bantu, bukan untuk menggantikannya.

Semoga ulasan ini bisa bermanfaat. Salam literasi, sehat-sehat selalu yaa untuk kamu yang lagi membaca artikel ini.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Buku di Antara Bayang-Bayang Kecerdasan Buatan"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Drama-drama yang Terjadi Hari Pertama Masuk Sekolah
Drama-drama yang Terjadi Hari Pertama Masuk Sekolah
Kata Netizen
Tentang Anggaran pada Awal Tahun Ajaran Sekolah
Tentang Anggaran pada Awal Tahun Ajaran Sekolah
Kata Netizen
Terbiasa Hidup Berdampingan dengan Sampah, Bisa?
Terbiasa Hidup Berdampingan dengan Sampah, Bisa?
Kata Netizen
Melihat dengan Jelas Paradoks 'Needing Nothing Attracts Everything'
Melihat dengan Jelas Paradoks "Needing Nothing Attracts Everything"
Kata Netizen
Musim Bediding, Tradisi, dan Orang Toraja
Musim Bediding, Tradisi, dan Orang Toraja
Kata Netizen
'Kangkung Cabut', Kangkung yang Bisa Dipanen Berkali-kali
"Kangkung Cabut", Kangkung yang Bisa Dipanen Berkali-kali
Kata Netizen
Liburan Sekolah Sambil Belajar, Memangnya Bisa?
Liburan Sekolah Sambil Belajar, Memangnya Bisa?
Kata Netizen
Menyiapkan Diri untuk Jadi Pasangan (yang) Sempurna
Menyiapkan Diri untuk Jadi Pasangan (yang) Sempurna
Kata Netizen
Apa yang Bikin Punya Rumah Pakai KPR Sulit?
Apa yang Bikin Punya Rumah Pakai KPR Sulit?
Kata Netizen
Apakah Kemampuan Menulis Tangan Berguna di Masa Depan?
Apakah Kemampuan Menulis Tangan Berguna di Masa Depan?
Kata Netizen
Ini Cara Deteksi Barang KW di Marketplace
Ini Cara Deteksi Barang KW di Marketplace
Kata Netizen
Cerita Orangtua yang Anaknya Latihan Main 'Push Bike'
Cerita Orangtua yang Anaknya Latihan Main "Push Bike"
Kata Netizen
Turut Campur Mencari Jodoh yang Sudah Diatur
Turut Campur Mencari Jodoh yang Sudah Diatur
Kata Netizen
Tantangan HRD di Tengah Ramainya Efisiensi
Tantangan HRD di Tengah Ramainya Efisiensi
Kata Netizen
Menelisik Manfaat dan Harapan Gambut Tropis Indonesia
Menelisik Manfaat dan Harapan Gambut Tropis Indonesia
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau