Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iwan Berri Prima
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Iwan Berri Prima adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Bagaimana Antisipasi Penularan Wabah Penyakit Sapi Ngorok?

Kompas.com - 29/10/2024, 19:47 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di tengah belum usainya kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, saat ini penyakit lain juga sedang mewabah dan sangat mengancam eksistensi peternakan nasional.

Khususnya pada ternak sapi dan kerbau. Penyakit ini adalah penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau dikenal sebagai penyakit sapi ngorok.

Di provinsi Bengkulu misalnya, kejadian penyakit SE telah meningkat signifikan dalam dua bulan terakhir. Setidaknya, kasus SE telah merebak di tiga Kabupaten yakni di Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kepahiang.

Namun demikian, penyebaran penyakit ini tampaknya semakin meluas. Hingga Minggu (27/10/2024), Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bengkulu juga melaporkan bahwa saat ini terdapat sembilan ekor sapi di wilayah kota Bengkulu terjangkit penyakit Septicaemia Epizootica.

Hal ini menjadi penanda bahwa persoalan penyakit ngorok sapi tidak dapat dianggap biasa saja.

Wabah Penyakit SE di Bengkulu dan Kematian Ternak Sapi

 Awalnya, wabah penyakit ngorok sapi di Bengkulu ini telah terdeteksi di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur. Hal ini setelah Balai Veteriner Lampung (BVet Lampung) Kementan mengkonfirmasi hasil positif SE dari sampel yang dikirim Dinas Pertanian Bengkulu Selatan pada 24 September 2024.

Setelah itu, melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (i-SIKHNAS), kasus penyakit SE di Bengkulu terus meluas. Per 22 Oktober 2024 misalnya, telah dilaporkan sebanyak 845 ekor ternak yang terjangkit SE, dengan 189 ekor di antaranya dilaporkan mati. 

Adapun populasi ternak yang berpotensi terancam mencapai 32.955 ekor. Sebuah ancaman yang juga dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Pasalnya, Bengkulu merupakan salah satu daerah lumbung ternak di wilayah barat bagian selatan pulau Sumatera. 

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2022, jumlah populasi ternak sapi potong di provinsi Bengkulu mencapai 155.609 ekor. Sedangkan jumlah populasi ternak kerbau di provinsi Bengkulu sebanyak 40.161 ekor.

Mengenal Penyakit Septicaemia Epizootica (SE)

Penyakit ngorok sapi ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida (bukan disebabkan virus, sebagaimana diberitakan di beberapa media).

Penyakit ini menyerang saluran pernapasan ternak dan dapat menyebabkan tingkat kesakitan serta kematian yang cukup tinggi.

Gejala penyakit ngorok pada sapi yang khas adalah bunyi pernapasan ngorok (mendengkur) dan ternak mati mendadak tanpa gejala yang jelas.

Selain itu, penyakit SE ini juga dikenal sebagai Septicaemia hemorrhagica atau Haemorraghic septecaemia (HS) dan dapat menyebabkan pendarahan pada ternak.

Hal ini diakibatkan karena selain menyerang sistem pernafasan, penyakit ini juga menyerang pada organ organ lain.

Seluruh bagian dari tubuh ternak bisa terserang penyakit ini. Bahkan, dapat menimbulkan pendarahan seperti pada sistem pencernaan, bawah kulit, hingga saluran napas.

Sementara itu, selain menyerang pada hewan ternak sapi dan kerbau, penyakit ini juga dapat menular pada hewan ternak lain seperti kambing, domba, banteng, kuda dan babi. Bersyukur, penyakit ini bukan zoonosis. Artinya, penyakit ini tidak dapat menular ke manusia.

Tetapi, terdapat beberapa faktor penyebab penularan penyakit SE, diantaranya adalah faktor belum dilakukannya vaksinasi pada ternak.

Sehingga ternak sehat belum divaksin akan tertular melalui kontak langsung atau melalui pakan, minuman dan alat-alat yang terkontaminasi.

Langkah pencegahan yang efektif adalah melalui vaksinasi. Lakukan vaksinasi SE pada hewan ternak sebelum usia hewan 4 bulan. Program vaksinasi biasanya akan diberikan secara gratis dari pemerintah.

Kemudian, faktor Kualitas bahan pakan ternak juga dapat berpotensi menyebabkan penularan. Apalagi, pakan yang kaya akan gizi dapat meningkatkan imunitas (daya tahan) tubuh ternak. 

Memberi pakan ternak sebaiknya perlu memperhatikan kandungan lemak, mineral, protein, karbohidrat dan vitamin.

Caranya, peternak dapat dengan mengimbangi hijauan dengan konsentrat. Pemilihan rumput yang ditambahkan pakan tambahan seperti katul/dedak/konsentrat juga direkomendasikan.

Di samping itu, faktor kebersihan lingkungan juga sangat menentukan. Sebaiknya kandang ternak dalam kondisi bersih.

Jika memungkinkan, lakukan pembersihan kandang setiap hari dan setidaknya 3 kali dalam satu minggu dilakukan penyemprotan kandang (desinfeksi).

Jika menemukan hewan ternak terindikasi gejala sakit atau penyakit, segera laporkan kepada dokter hewan setempat.

Jangan menunggu kejadian penyakit sampai parah. Kemudian, jangan membeli sapi yang berasal dari daerah wabah, apalagi tergiur membeli ternak dengan harga murah. Semoga bermanfaat!

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Wabah Penyakit Sapi Ngorok dan Antisipasi Penularannya"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau