Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Krisanti_Kazan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Krisanti_Kazan adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kompas.com - 07/11/2024, 12:06 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Untuk memastikan bahwa mini urban farming menjadi solusi jangka panjang bagi ketahanan pangan, penerapan teknik dan metode pertanian berkelanjutan sangat penting. 

Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah penggunaan sumber daya lokal, seperti memanfaatkan sisa-sisa dapur sebagai kompos dan air hujan sebagai sumber irigasi. 

Daur ulang limbah organik menjadi pupuk juga merupakan langkah yang dapat memperkaya tanah dan meningkatkan hasil panen tanpa perlu bergantung pada bahan kimia berbahaya.

Selain itu, teknik bercocok tanam vertikal atau hidroponik yang tidak memerlukan banyak lahan dan air juga bisa menjadi pilihan ideal di area perkotaan yang terbatas.

Kolaborasi dan partisipasi komunitas memainkan peran kunci dalam keberhasilan mini urban farming. Kerjasama antar warga untuk berbagi pengetahuan, sumber daya, dan hasil panen dapat memperkuat hubungan sosial dan membangun komunitas yang lebih solid. 

Dukungan dari pemerintah atau organisasi non-pemerintah (NGO) juga diperlukan, baik dalam bentuk pelatihan, penyediaan bibit, maupun akses ke pasar untuk menjual hasil panen. Program yang didorong oleh komunitas dengan bantuan eksternal ini dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertanian perkotaan yang berkelanjutan.

Dampak Jangka Panjang dan Tantangan

Implementasi mini urban farming secara luas memiliki potensi untuk menghasilkan dampak positif jangka panjang di berbagai aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. 

Secara sosial, praktek ini dapat mempererat ikatan komunitas dan meningkatkan kualitas hidup, terutama di lingkungan perkotaan yang padat dan penuh tantangan. 

Dari sisi ekonomi, mini urban farming berkontribusi pada pengurangan biaya pangan dan menciptakan peluang ekonomi baru, baik melalui penjualan hasil panen maupun pengembangan keterampilan baru di bidang pertanian. 

Lingkungan juga mendapatkan manfaat dari mini urban farming, seperti peningkatan kualitas udara melalui penambahan ruang hijau, pengurangan limbah organik melalui kompos, dan penurunan jejak karbon dengan mengurangi kebutuhan distribusi pangan jarak jauh.

Namun, penerapan mini urban farming juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi. Salah satu hambatan utama adalah keterbatasan lahan di perkotaan, yang sering kali sudah sangat padat dan mahal.

Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam teknik pertanian perkotaan juga menjadi kendala, yang dapat menghambat efektivitas dan produktivitas program ini. 

Selain itu, kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, seperti regulasi yang menghambat penggunaan lahan kosong untuk pertanian atau minimnya insentif bagi inisiatif urban farming, dapat memperlambat perkembangan mini urban farming. 

Oleh karena itu, strategi yang komprehensif dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa mini urban farming dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan di masa depan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Jadikan Sekolah sebagai Penjaga Bahasa Daerah

Jadikan Sekolah sebagai Penjaga Bahasa Daerah

Kata Netizen
Merasa Kesepian dalam Rumah Tangga, Bisakah Terjadi?

Merasa Kesepian dalam Rumah Tangga, Bisakah Terjadi?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau