Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ada yang menggoda setiap akhir pekan tiba: datang ke Pasar Kaget dan kulineran di sana.
Pasar Kaget mendadak dipenuhi pedagang kali ini berada di jalan raya Villa Bogor Indah, Kota Bogor.
Bikin terperangah. Tempat yang pada hari biasa lengang menjadi ramai di hari Sabtu dan Minggu. Dari ujung mula kompleks pertokoan berjajar pedagang di kiri kanan jalan.
Mereka menjual sepatu, pakaian, topi, buku komik dan cerita anak, perabotan, jajanan pasar, buah, sayur, ikan basah, ikan asin, dan beraneka makanan minuman.
Kegiatan berjual beli yang kemudian sedikit banyak mengurangi fungsi sebenarnya dari fasilitas umum. Menjajah sebagian badan jalan, trotoar, jalur hijau.
Di sisi lain, ruang transaksi dadakan itu menjadi tempat berusaha ideal bagi pelaku usaha informal, yang umumnya pengusaha kecil. Hilir mudik pelintas keluar masuk perumahan menghadirkan potensi pembeli.
Bagai pasar tradisional pindah. Hampir semua jenis kebutuhan sehari-hari tersedia.
Saya mendatangi pasar temporer yang berlangsung pada hari tertentu itu bukan untuk berbelanja barang, melainkan kulineran sambil membeli masakan matang.
Satu tempat menarik perhatian. Pembeli relatif lebih banyak dibanding lapak lainnya dan makanan tersedia tampak beragam. Lebih dekat terbaca nasi rawon, pecel Madiun, gudeg, dan aneka masakan matang pada spanduk.
Saya memesan nasi pecel. Pada piring lidi tertata nasi, sayuran dan kecambah rebus yang disiram saus pecel, orek tempe, dua rempeyek (kacang dan teri), dan serundeng.
Dibanding rumah makan pecel Madiun di pusat kota, isi sayurnya lebih banyak dengan kondimen (rempeyek, orek tempe, serundeng) lebih komplit.
Harga juga terpaut jauh. Di lapak Teh Ipah pecel komplit ditebus dengan uang Rp14.000 saja. Di sana lebih mahal, itu pun belum termasuk rempeyek
Teh Ipah? Iya, itu nama penjualnya. Wanita ramah yang lahir dan besar di Cianjur, Jawa Barat, memasak pecel, rawon, gudeg, dan masakan lainnya.
Rasa pecelnya pas di lidah. Enak. Kok bisa bikinnya, padahal pecel Madiun bukan makanan khas Kota Tauco?
Usut punya usut, ternyata ibu kandungnya asli Ponorogo. Ia mewarisi kemampuan memasak dari wanita yang melahirkannya. Tak mengherankan, Teh Ipah jago mengolah hidangan Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Lain waktu saya akan coba nasi rawonnya
Sabtu pekan berikutnya, naik BisKita rute stasiun ke Ciparigi. Satu halte sebelum tujuan akhir, saya turun dan langsung berada di pasar kaget.
Di ujung keramaian terlihat "Kampoeng Jajan RT 06" dengan beberapa warung tenda. Lihat punya lihat, pilihan jatuh ke tenda penjualan soto ayam kampung khas Pacitan warung Pacitan dan masakan lainnya.
Saya memesan soto Pacitan. Satu mangkuk berisi nasi, kecambah, suwiran ayam kampung. Kuah panas bening dibubuhi kecap manis, perasan jeruk nipis, bawang, dan kacang goreng.
Ya! Kacang goreng utuh. Pengalaman baru bagi saya. Ternyata kacang menambah rasa gurih dan menciptakan sensasi berbeda.
Rasa soto Pacitan menyegarkan. Porsinya pas untuk sarapan. Pagi itu saya merasakan produk kuliner sesuai harapan akan rasa enak. Harganya, Rp15.000.
Pekan depannya, yaitu Sabtu baru lalu kembali saya menuju kedai soto Pacitan. Bukan untuk makan soto lagi, tapi makan menu berbeda. Gudeg dan krecek.
Seporsinya berisi gudeg dan areh (santan kental berbumbu), kecrek, telur pindang, sambal, dan nasi. Tidak bagai menyantap "manisan" nangka muda, ia cocok dengan lidah Jawa Timur.
Makanya saya melahap sampai habis, menyisakan sendok dan piring kosong. Tidak rugi menebusnya dengan harga Rp20.000 seporsi.
Selama mengunjungi pasar kaget, saya membeli dan membawa pulang jamu siap minum dalam botol (ramuan sambiloto, beras kencur, kunyit asem), masakan matang, buah, jajanan pasar, dan bubur Madura.
Bubur Madura bercita rasa manis dan berwarna-warni. Berisi candil kuning dan ungu, bubur sumsum hijau muda, ketan hitam, kacang hijau, mutiara merah muda yang lalu disiram santan dan gula merah cair.
***
Begitulah, tiga Sabtu berturut-turut saya berkunjung ke pasar kaget, berburu tiga macam olahan khas: Pecel Madiun, Soto Pacitan, dan Gudeg Krecek. Tak ketinggalan, membawa pulang aneka masakan matang dan jajanan.
Lebih bagus bila pasar kaget ditata bagus oleh otoritas, menjadi semacam tujuan wisata kuliner yang nyaman dikunjungi.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Berburu Kuliner di Pasar Kaget pada Akhir Pekan"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.