Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Dahron
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Muhammad Dahron adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Tahun 2025 Tahun YONO, Bukan YOLO

Kompas.com - 19/01/2025, 16:53 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Salah satu faktor utama yang mendorong pergeseran dari YOLO ke YONO adalah meningkatnya ketidakpastian ekonomi. Di masa lalu, YOLO sering kali dijadikan alasan untuk menghabiskan uang dengan cara yang impulsif, menikmati hidup tanpa terlalu memikirkan masa depan finansial. 

Namun, dengan adanya ketidakpastian ekonomi global seperti fluktuasi pasar, inflasi yang tinggi, serta semakin terbatasnya peluang kerja tetap semakin banyak orang yang mulai menyadari bahwa hidup tanpa perencanaan keuangan yang matang bisa berisiko besar.

Generasi muda kini menghadapi tantangan besar dalam meraih kestabilan ekonomi. Biaya hidup yang terus meningkat, terutama di kota-kota besar, ditambah dengan tingginya biaya pendidikan dan perumahan, membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengelola sumber daya yang mereka miliki. 

Banyak yang mulai beralih dari gaya hidup konsumtif yang didorong oleh YOLO ke pendekatan yang lebih terukur dan bertanggung jawab, yang tercermin dalam filosofi YONO. 

Dalam hal ini, lebih baik mengalokasikan sumber daya untuk tujuan jangka panjang, seperti tabungan, investasi, atau bahkan pendidikan, yang dapat memberikan keamanan dan kebebasan finansial di masa depan.

YONO dalam Praktek: Menjadi Lebih Fokus pada Hal yang Esensial

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan hidup menurut prinsip YONO? Dalam praktiknya, filosofi ini mengajarkan kita untuk memilih dengan hati-hati apa yang benar-benar kita butuhkan dan apa yang memberi kita kebahagiaan dan kepuasan sejati. 

YONO bukanlah tentang mengejar segala sesuatu yang ada di depan kita, melainkan fokus pada satu tujuan atau satu aspek hidup yang benar-benar bermakna, yang membawa dampak positif dan berkelanjutan.

Prinsip YONO mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang apa yang sebenarnya penting dalam hidup. Alih-alih mengikuti arus dan melakukan segala sesuatu yang tampak menyenangkan atau menarik pada saat itu, kita didorong untuk berpikir lebih kritis dan memilih jalan yang lebih terarah. 

Ini bisa berarti memilih karier yang sesuai dengan passion dan memberikan kontribusi kepada masyarakat, membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung, atau bahkan menciptakan gaya hidup yang lebih sederhana namun lebih memuaskan secara emosional.

Kesadaran Kolektif yang Meningkat

Pada 2025, kesadaran kolektif akan terus berkembang, seiring dengan semakin banyaknya orang yang mengadopsi filosofi YONO. Dengan meningkatnya kecemasan terhadap masa depan, baik itu terkait dengan masalah lingkungan, ketidakstabilan sosial, atau ketegangan ekonomi global, semakin banyak individu yang menyadari bahwa hidup hanya sekali memang benar, tetapi kualitas hidup yang berkelanjutan jauh lebih penting daripada mengejar kegembiraan sesaat. 

Keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang akan menjadi dorongan kuat bagi banyak orang untuk beralih dari pendekatan YOLO ke YONO. Kesadaran ini tidak hanya muncul dari individu, tetapi juga semakin didukung oleh perubahan dalam masyarakat secara luas. 

Dengan adanya lebih banyak diskusi tentang keberlanjutan, kesehatan mental, dan tanggung jawab sosial, filosofi YONO semakin relevan dalam konteks modern.

Generasi muda yang tumbuh dengan ketidakpastian di berbagai bidang mulai menyadari bahwa memiliki satu fokus atau tujuan yang jelas dan bermakna jauh lebih memberikan kebahagiaan jangka panjang dibandingkan dengan mengejar segala sesuatu yang terkesan penting dalam waktu singkat.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Berburu Koin Jagat sampai Tidak Tahu Tempat

Berburu Koin Jagat sampai Tidak Tahu Tempat

Kata Netizen
Tinjau Ulang Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan

Tinjau Ulang Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan

Kata Netizen
Hobi Anak untuk Membuka Ruang Life Skill Mereka

Hobi Anak untuk Membuka Ruang Life Skill Mereka

Kata Netizen
Melihat Perkembangan Transportasi Publik di Toraja

Melihat Perkembangan Transportasi Publik di Toraja

Kata Netizen
Karena Faktor Ekonomi Banyak Orang Berburu Koin Jagat?

Karena Faktor Ekonomi Banyak Orang Berburu Koin Jagat?

Kata Netizen
Tahun 2025 Tahun YONO, Bukan YOLO

Tahun 2025 Tahun YONO, Bukan YOLO

Kata Netizen
Apa yang Membuatmu Ingin Sekali Jadi Penulis?

Apa yang Membuatmu Ingin Sekali Jadi Penulis?

Kata Netizen
Inovasi dan Komunikasi Ketika Siswa Review Makan Bergizi Gratis

Inovasi dan Komunikasi Ketika Siswa Review Makan Bergizi Gratis

Kata Netizen
Dampak Industri Asuransi Properti Pasca-kebakaran di LA

Dampak Industri Asuransi Properti Pasca-kebakaran di LA

Kata Netizen
Program Makan Bergizi Gratis dan Tantangan Pedagang Kantin

Program Makan Bergizi Gratis dan Tantangan Pedagang Kantin

Kata Netizen
Cara Tetap Bisa Mengompos Walau Musim Hujan

Cara Tetap Bisa Mengompos Walau Musim Hujan

Kata Netizen
Ketahanan Pangan dari Rumah, Panen Singkong Manehot

Ketahanan Pangan dari Rumah, Panen Singkong Manehot

Kata Netizen
Jadikan AI sebagai Alternatif Solusi Bukan Sahabat Sejati

Jadikan AI sebagai Alternatif Solusi Bukan Sahabat Sejati

Kata Netizen
Mendaftar Sekolah Kemudian 'Waiting List', Kok Bisa?

Mendaftar Sekolah Kemudian "Waiting List", Kok Bisa?

Kata Netizen
Musim Liburan, tetapi Tetap Bisa Nikmati Kulineran

Musim Liburan, tetapi Tetap Bisa Nikmati Kulineran

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau