Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Salah satu faktor utama yang mendorong pergeseran dari YOLO ke YONO adalah meningkatnya ketidakpastian ekonomi. Di masa lalu, YOLO sering kali dijadikan alasan untuk menghabiskan uang dengan cara yang impulsif, menikmati hidup tanpa terlalu memikirkan masa depan finansial.
Namun, dengan adanya ketidakpastian ekonomi global seperti fluktuasi pasar, inflasi yang tinggi, serta semakin terbatasnya peluang kerja tetap semakin banyak orang yang mulai menyadari bahwa hidup tanpa perencanaan keuangan yang matang bisa berisiko besar.
Generasi muda kini menghadapi tantangan besar dalam meraih kestabilan ekonomi. Biaya hidup yang terus meningkat, terutama di kota-kota besar, ditambah dengan tingginya biaya pendidikan dan perumahan, membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengelola sumber daya yang mereka miliki.
Banyak yang mulai beralih dari gaya hidup konsumtif yang didorong oleh YOLO ke pendekatan yang lebih terukur dan bertanggung jawab, yang tercermin dalam filosofi YONO.
Dalam hal ini, lebih baik mengalokasikan sumber daya untuk tujuan jangka panjang, seperti tabungan, investasi, atau bahkan pendidikan, yang dapat memberikan keamanan dan kebebasan finansial di masa depan.
YONO dalam Praktek: Menjadi Lebih Fokus pada Hal yang Esensial
Apa yang sebenarnya dimaksud dengan hidup menurut prinsip YONO? Dalam praktiknya, filosofi ini mengajarkan kita untuk memilih dengan hati-hati apa yang benar-benar kita butuhkan dan apa yang memberi kita kebahagiaan dan kepuasan sejati.
YONO bukanlah tentang mengejar segala sesuatu yang ada di depan kita, melainkan fokus pada satu tujuan atau satu aspek hidup yang benar-benar bermakna, yang membawa dampak positif dan berkelanjutan.
Prinsip YONO mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang apa yang sebenarnya penting dalam hidup. Alih-alih mengikuti arus dan melakukan segala sesuatu yang tampak menyenangkan atau menarik pada saat itu, kita didorong untuk berpikir lebih kritis dan memilih jalan yang lebih terarah.
Ini bisa berarti memilih karier yang sesuai dengan passion dan memberikan kontribusi kepada masyarakat, membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung, atau bahkan menciptakan gaya hidup yang lebih sederhana namun lebih memuaskan secara emosional.
Kesadaran Kolektif yang Meningkat
Pada 2025, kesadaran kolektif akan terus berkembang, seiring dengan semakin banyaknya orang yang mengadopsi filosofi YONO. Dengan meningkatnya kecemasan terhadap masa depan, baik itu terkait dengan masalah lingkungan, ketidakstabilan sosial, atau ketegangan ekonomi global, semakin banyak individu yang menyadari bahwa hidup hanya sekali memang benar, tetapi kualitas hidup yang berkelanjutan jauh lebih penting daripada mengejar kegembiraan sesaat.
Keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang akan menjadi dorongan kuat bagi banyak orang untuk beralih dari pendekatan YOLO ke YONO. Kesadaran ini tidak hanya muncul dari individu, tetapi juga semakin didukung oleh perubahan dalam masyarakat secara luas.
Dengan adanya lebih banyak diskusi tentang keberlanjutan, kesehatan mental, dan tanggung jawab sosial, filosofi YONO semakin relevan dalam konteks modern.
Generasi muda yang tumbuh dengan ketidakpastian di berbagai bidang mulai menyadari bahwa memiliki satu fokus atau tujuan yang jelas dan bermakna jauh lebih memberikan kebahagiaan jangka panjang dibandingkan dengan mengejar segala sesuatu yang terkesan penting dalam waktu singkat.