Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Sekolah Tahan Ijazah, Kapan Ini Berakhir?

Kompas.com - 27/02/2025, 09:04 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Yang paling penting, sekolah harus memahami bahwa tidak ada justifikasi hukum untuk menahan ijazah siswa hanya karena sumbangan belum dibayarkan. 

Instrumen kesanggupan sumbangan seharusnya tidak menjadi alat pemaksaan, melainkan mekanisme perencanaan yang tetap menghormati hak peserta didik. 

Jika kedua belah pihak, sekolah dan orang tua, dapat membangun pemahaman dan komunikasi yang lebih baik, maka polemik ini dapat dihindari. 

Solusi Bersama

Dalam menghadapi permasalahan terkait sumbangan pendidikan di sekolah, perlu ada pendekatan yang lebih bijaksana dari semua pihak.

Sekolah wajib mematuhi peraturan yang sudah ada, salah satunya adalah Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016, yang dengan jelas melarang adanya pungutan dari orang tua siswa.

Sekolah juga harus lebih bijak dalam mengelola dana sumbangan yang diterima, menyesuaikan antara dana yang terkumpul dengan kegiatan yang bisa dilaksanakan. Prinsip utama yang harus dipegang adalah efisiensi anggaran dan pengelolaan yang transparan.

Sekolah harus memiliki rencana anggaran yang realistis dan fleksibel, dengan mempertimbangkan berapa banyak dana yang dapat diperoleh dan bagaimana cara menyesuaikan kegiatan dengan dana yang terkumpul.

Tidak ada yang salah dengan menentukan angka yang diperlukan dalam perencanaan anggaran, tetapi jangan sampai narasi angka tersebut justru terasa sebagai kewajiban yang mengikat.

Di sisi lain, orang tua siswa juga perlu memahami pentingnya komitmen yang mereka buat. Ketika mereka menyetujui untuk memberikan sumbangan, mereka juga harus menjaga komitmen tersebut agar tidak mengganggu arus kas sekolah yang sudah direncanakan.

Namun, yang lebih penting adalah menciptakan kesepahaman bahwa sumbangan itu bukan kewajiban yang membawa ancaman, seperti drama tahan ijazah yang sudah cukup meresahkan.

Pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting. Pemerintah harus memastikan pendanaan melalui BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dapat memenuhi kebutuhan dasar sekolah, serta memberikan fleksibilitas dalam penggunaannya untuk berbagai kegiatan.

Penyelesaian yang bijaksana adalah kunci, dengan tetap mengedepankan kepentingan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, tanpa terjebak dalam polemik dan konflik yang bisa merusak kredibilitas dunia pendidikan itu sendiri.

Jangan lagi ada drama tahan-tahan ijazah. Mari bersama-sama memastikan bahwa pendidikan adalah hak yang diberikan dengan penuh kebijaksanaan dan keadilan!

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengakhiri Drama Tahan Ijazah"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau