Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Memasuki libur lebaran ini banyak orang akan menghabiskan waktu ke mal-mal sebagai bentuk hiburan setelah akhirnya sebulan kemarin berpuasa penuh.
Tak heran bahwa di beberapa pusat perbelanjaan ini (khususnya Bandung, kota saya tinggal), banyak sekali orang yang memadatinya. Di mana salah satu tempat yang jadi favorit ialah bioskop.
Tahun 2025 ini pun ada 5 film lokal yang rilis di Hari Raya Idul Fitri sebagai tontonan untuk kita yang memang suka nonton. Di antaranya ada Qodrat 2, Jumbo, Pabrik Gula, Komang, dan Norma: Antara Mertua dan Menantu.
Film Pabrik Gula dan Qodrat 2 punya tema horor yang sebaiknya ditonton oleh orang dewasa. Sementara itu Komang dan Norma merupakan kisah percintaan yang punya cerita berbeda di dalamnya. Lagi-lagi, sebaiknya ditonton oleh remaja dan dewasa karena belum cukup pantas untuk anak-anak.
Yang menarik adalah film Jumbo, animasi dari produksi film Visinema ini bisa ditonton oleh semua kalangan umur. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Film inilah yang paling menarik bagi saya sehingga menyempatkan diri menontonnya di layar lebar.
Maka dari itu, tulisan kali ini akan mengulas lebih jauh tentang film Jumbo. Mulai dari sinopsis, sedikit bocoran cerita, hingga alasan kenapa saya sangat merekomendasikannya kepada Kompasianer di sini. Yuk, langsung simak.
Sinopsis
Mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Don yang sangat menyukai buku dongeng pemberian orangtuanya yang telah tiada. Namun banyak teman-temannya justru mengolok terutama soal badannya yang cukup gemuk, sehingga ia dijuluki Jumbo sebagai cikal bakal judul film.
Dengan berlatar tempat di sebuah kampung, Don diberitahu oleh temannya, Nurman, ada sebuah pentas seni yang berhadiah uang tunai dalam rangka acara 17-an.
Meski awalnya ragu, akhirnya Don ikut mendaftar untuk menunjukkan bakat dongennya. Ia bersama Nurman dan Mae membuat konsep pentasnya agar bisa lebih meriah dan menghibur.
Rencana Don tak berjalan mulus karena teman lainnya, Atta, ingin mengacaukan rencana pentas Don karena tak berkesempatan untuk ikut di pentas seni nanti. Atta juga sampai menyembunyikan buku dongeng Don agar ia tak bisa latihan.
Cerita mulai terbentuk ketika tokoh Meri muncul, seorang arwah anak perempuan yang butuh bantuan untuk menyelamatkan kedua orangtuanya yang ditangkap oleh seseorang. Meri dan orangtuanya ini seharusnya sudah beristirahat dengan tenang, namun seseorang yang jahat sedang memburu arwah untuk kepentingan tertentu.
Pada setengah jam pertama ini akan difokuskan pada pengenalan karakter dengan kemasan yang sangat epik dan tak membosankan. Ketika semua tokoh sudah diperkenalkan, masuklah ke dalam konflik yang perlahan muncul.
Salah satunya saat Don ingin meminta bantuan Meri untuk nanti tampil di pentas seni dengan imbalan Don dan kawan-kawan akan membantu mencari orang tua Meri.
Cerita Fantasi yang Memukau
Sasaran penonton untuk semua umur, membuat film Jumbo cocok ditonton anak kecil hingga dewasa.
Cerita anak-anak sebagai pembuka pasti relate dan dekat dengan kehidupan. Lalu dengan kemunculan tokoh Meri, penonton akan memasuki dunia fantasi yang membuat jalan cerita semakin penasaran.
Meri punya kekuatan seperti tembus pandang, bisa terbang, hingga mengendalikan barang. Meski memang seperti cerita fantasi kebanyakan, tapi apa yang disajikan Jumbo memiliki daya tarik tersendiri khususnya bagi saya sebagai orang dewasa.
Cerita persahabatan antara Don, Meri, Nurman, dan Mae adalah bentuk persahabatan anak-anak pada umumnya yang masih polos, senang bermain, tapi juga punya impian.
Lewat kemasan fantasi ini tentu membuat kisah mereka semakin menarik diikuti, apalagi dengan sudut pandang anak-anak di dunia nyata yang memang punya khayalan menembus batas impian.
Yang jadi keunggulan selanjutnya ialah cerita fantasi ini dibarengi dengan animasi yang super keren layaknya film animasi luar negeri seperti Disney dan Pixar.
Bagaimana tidak, sang sutradara sekaligus penulis skenario, Ryan Andriandhy, telah bekerja sama dengan lebih dari 400 kreator berbakat di Indonesia yang waktu pembuatannya membutuhkan waktu hingga 5 tahun lamanya.
Tak heran bahwa hasil akhir dari kerja keras yang lama ini berbuah maksimal baik dari segi cerita maupun seni animasinya. Saya pun bahkan hampir tak percaya bahwa ini semua merupakan hasil karya dalam negeri karena kualitasnya yang sudah sekelas internasional.
Memaknai Peran Keluarga dan Sahabat
Kenapa film ini sangat cocok ditonton semua usia karena tema yang ada di dalamnya pun begitu dekat dengan kehidupan yang bisa dirasakan siapa saja, yaitu tentang keluarga dan persahabatan.
Keluarga, di mana Don telah kehilangan orangtuanya dan tinggal memiliki seorang nenek. Di satu sisi, ia juga punya sahabat yang menemaninya untuk berjuang di pentas seni 17-an. Hubungannya dengan Atta yang seperti air dan api pun terlihat akan menemukan ujung yang baik sebagai teman dan bukan lagi musuh.
Karakter Meri yang sebenarnya 'bukan manusia' seutuhnya pun tetap punya peran penting di sini dalam petualangan Don. Ini juga menjadi bukti bahwa hubungan persahabatan bisa tetap terjalin dengan siapa saja.
Hal-hal sederhana inilah yang sebenarnya akan terus melekat kepada siapapun tanpa memandang usia.
Itulah sebabnya ada perasaan hangat ketika selesai menonton film ini. Ya pokoknya campur aduk deh.
Kadang ketawa, takjub, tapi bikin sedih juga. Benar-benar seluruh emosi penonton akan dimainkan di sini.
Karakter Kuat dengan Pengisi Suara Penuh Bintang
Karakter dari masing-masing tokoh ini benar-benar cukup kuat dibangun. Dimulai dari Don yang polos tapi punya mimpi tinggi, Nurman yang penuh komedi bersama kambing-kambingnya, Mae yang punya jiwa seni tinggi, hingga Atta yang terlihat egois dan menyebalkan tapi sangat peduli dengan kakaknya.
Masing-masing karakter ini tentunya akan berpengaruh terhadap jalan cerita. Dengan usia yang masih anak-anak, menjadikan setiap tingkah hingga konflik yang tertuang memang natural layaknya seusia mereka tanpa paksaan dan berlebih. Hal ini menjadi detail kecil yang benar-benar diperhatikan saat pembuatanya.
Yang membuat lebih keren lagi ialah pengisi suara dari film Jumbo diisi oleh bintang papan atas. Mulai dari Prince Poetiray sebagai Don/Jumbo, Quin Salman sebagai Meri, BCL dan Ariel Noah sebagai orangtua Don.
Selain itu ada juga Angga Yunanda, Kiki Narendra, Cinta Laura, Ario Wahab, Rachel Amanda, Aci Resti, M. Adhiyat, Yusuf Ozkan, Graciella Abigai, dan masih banyak lagi.
Karena beberapa di antaranya adalah penyanyi, maka tak heran bahwa di dalamnya ada sedikit musikal yang jujur bikin MERINDING saking bagusnya.
Penyanyi senior Bunga Citra Lestari pun mengisi original sountrack di dalamnya dengan suaranya yang khas. Bahkan saya merasa kalau musikalnya lebih dibentuk dan diisi lebih banyak lagu lagi pasti akan lebih sempurna.
...
Nah Kompasianer, itu tadilah sedikit ulasan tentang film Jumbo yang siap menemani waktu libur lebaran kamu bersama keluarga.
Silakan datang ke bioskop terdekat untuk menjadi saksi akan kisah akhir Don bersama kawan-kawannya. Beneran deh nggak akan nyesel, apalagi film ini bisa ditonton oleh semua usia.
Untuk rating film Jumbo ini saya berani memberikan nilai sebesar 9.0/10 dengan pertimbangan di atas. Penilaian ini tentu akan berbeda dengan penonton lain karena ini sifatnya pribadi.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Bersama Film "Jumbo", Memasuki Dunia Fantasi yang Hangat dan Menghibur"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.