
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Terlebih jika yang dibakar adalah sampah plastik atau logam berkarat, maka material seperti dioksin, Benzo(a)pyrene (BAP) dan polyaromatic hydrocarbons (PAHs), bisa menyebar dan telah terbukti menyebabkan kanker.
Memupuk Kesadaran dan Kepedulian terhadap Sampah
Memupuk kesadaran dan kepedulian terhadap sampah memang bukan perkara mudah.
Di kawasan perkotaan tempat saya bekerja, masih banyak ditemukan sampah gelas kopi dan puntung rokok.
Padahal mereka yang menyampah adalah para pekerja gedung tinggi Ibukota yang memiliki pendidikan minimal sarjana.
Kapan lalu, saya menjumpai pengendara mobil yang membuang sekantong sampah ke aliran kali.
Hal ini seolah membuktikan bahwa status sosial dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepedulian terhadap sampah.
Lantas, Apa yang Bisa Dilakukan?
Lagi-lagi edukasi. Keluarga bisa menjadi tempat edukasi pertama yang dapat membentuk karakter peduli sampah untuk anak-anak.
Mulailah dengan membiasakan rumah selalu bersih, sediakan tempat sampah di sudut rumah, dan tanamkan rasa malu jika harus membuang sampah di jalan.
Pemerintah juga diharapkan dapat memperbanyak tempat sampah terutama di ruang publik serta memperluas akses pemungutan sampah ke daerah perkampungan. Sanksi tegas juga wajib diberlakukan bagi para pembuang sampah sembarangan.
Jika membuang sampah saja kita masih sembarangan, bagaimana kita mau beralih untuk hidup minim sampah?
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ironi Hidup Berdampingan dengan Sampah"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang