Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yonathan Christanto
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Yonathan Christanto adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Alasan "Black Panther: Wakanda Forever" Terasa Begitu Emosional

Kompas.com - 17/11/2022, 16:34 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul ""Black Panther: Wakanda Forever", Sebuah Warisan yang Disajikan Secara Emosional"

Selama kurang lebih satu dekade perjalanan MCU, tak dapat dimungkiri bahwa film pertama Black Panther (2018) sukses memberikan warna baru yang membuat film itu dicintai banyak orang.

Alasannya bukan hanya karena Black Panther pertama mengemas berbagai macam isu global seperti rasisme dan feminisme dengan apik, akan tetapi juga berhasil menjadi film superhero yang seimbang dari kedalaman cerita dan pernak-pernik superhero yang diidamkan fans.

Alhasil, jargon “Wakanda Forever” dan “Yibambe” sangat melekat di ingatan bahkan menjadi salah satu hal yang ikonik dari franchise Black Panther ini.

Kepergian Chadwick Boseman beberapa tahun setelah Black Panther pertama tayang dan mendulang sukses, otomatis membuat banyak fans Marvel khususnya Black Panther sedih.

Hal ini karena tak mudah kehilangan seorang aktor yang karakternya sudah begitu melekat dalam sebuah film dan bahkan berhasil menghidupkan harapan akan masa depan franchise Black Panther.

Maka tak heran bila akhirnya baik Disney maupun Marvel tetap bersikeras untuk tidak berusaha mencari pengganti sosok Chadwick sebagai pemeran karakter T’Challa.

Tentu keputusan Disney dan Marvel tersebut menimbulkan berbagai tanggapan pro dan kontra dari banyak fans. Apalagi mengingat Letitia Wright yang memerankan tokoh Shuri akan memiliki porsi yang lebih banyak di dalam Black Panther masa depan.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi MCU, bagaimana caranya agar perkenalan karakter baru dengan tak adanya T’Challa dan memperlihatkan peran penting Shuri bisa terjalin dengan apik di Black Panther: Wakanda Forever.

Black Panther: Wakanda Forever Terasa Sangat Personal

Black Panther: Wakanda Forever terasa sangat personal dan berhasil menjadi sebuah penghormatan yang luar biasa untuk sosok Chadwick Boseman.

Bagi saya film ini berhasil meneruskan seri sebelumnya yang merupakan sebuah warisan dan sukses membuat franchise Black Panther sekaligus MCU secara keseluruhan tetap berlanjut.

Dari menit pertama film ini dimulai, adegan yang penuh emosional langsung disajikan kepada penonton. Hal ini seakan memang sengaja disajikan sebagai “moment of silent” untuk mengenang kepergian T’Challa (Cadwick Boseman) sebagai jagoan dari Wakanda.

Bahkan, sepanjang film beberapa kali mata saya dibuat berkaca-kaca karena begitu banyak adegan yang mengusik emosi para penonton.

Oleh karenanya, saya pribadi angkat topi untuk Ryan Coogler sebagai sutradara yang berhasil memberikan sentuhan minimalis namun terasa begitu magis bagi penonton.

Selain adegan-adegan yang emosional, Wakanda Forever ini masih berkutat dengan cerita tentang arti kepahlawanan, memaknai arti kemanusiaan, perlawanan terhadap kolonialisme modern, dan tentu kritikan terhadap isu global yang terjadi saat ini.

Semua itu terangkai dan tersaji dengan sangat pas dan tak terkesan preachy, juga terasa begitu menyatu dengan rangkaian adegan yang slow-burn untuk kemudian meledak jelang sepertiga akhirnya.

Karakter-karakter baru yang diperkenalkan seperti Namor (Tenoch Huerta) dan Ironheart atau Riri Williams (Dominique Thorne) juga berjalan begitu mulus.

Kemunculan pertama Namor di film ini terasa sangat memorable sekaligus menghadirkan perasaan ngeri dan misterius. Hal ini berbanding terbalik dengan kemunculan Riri Williams yang terasa sangat fun dan seru khas film-film remaja.

Walau begitu, kedua karakter tersebut berhasil menghadirkan impresi baik bagi penoton dan tentu menunjukkan bahwa itu adalah hasil dari persiapan matang MCU untuk menghadirkan lebih banyak lagi kejutan di fase-fase selanjutnya.

Namun perlu diakui, bagi saya akting dari Angela Bassett yang memerankan Ramonda lebih memukau. Ramonda benar-benar sukses menjadi seorang ratu yang tangguh sekaligus piawai dalam menyembunyikan kesedihannya sepeninggal T’Challa.

Ia seakan menjaga sisi emosional film ini untuk tetap berjalan hingga mencapai titik puncaknya.

Seperti film pertamanya, Black Panther: Wakanda Forever tetap berhasil menyajikan keseriusan dan kedalaman cerita serta menampilkan ciri khas superhero movie secara seimbang.

Bagi saya, kedalaman cerita Wakanda Forever tidak mengalami penurunan, sajian superhero-things-nya pun disajikan dalam momen yang pas dan sukses mendapat tepuk tangan dari para penonton di beberapa momen klimaks.

Selain itu, serangkaian adegan pertarungan yang memuaskan mata, skoring, dan pilihan musik latar pendukungnya pun terasa begitu menyenangkan untuk didengar.

CGI yang disajikan juga memiliki kualitas yang baik. Hal ini terlihat ketika Namor terbang hingga melihat Talocan, sebuah negeri di bawah air yang indah dan kuno.

Berkat CGI yang apik, adegan-adegan seperti itu berhasil memberikan penonton pengalaman visual yang menyenangkan.

Maka tak heran bila saya merasa bahwa Black Panther: Wakanda Forever berhasil memberikan hiburan yang utuh dan bisa dinikmati dari segala sisi, baik dari audio, visual, dan cerita yang penuh emosional.

Dengan begitu jelas bahwa kemunculan film ini bukan hanya sekadar untuk melanjutkan cerita fase 4 MCU atau sekadar mempersiapkan karakter baru untuk fase-fase berikutnya.

Lebih dari itu, Black Panther: Wakanda Forever adalah sebuah sebuah warisan kokoh yang ditinggalkan dengan sangat baik tak hanya oleh Chadwick Boseman namun juga semua aktor dan kru yang terlibat.

Perlu diingat mereka memulai Black Panther di atas keraguan banyak orang akan karakter superhero berkulit hitam. Namun mereka berhasil membuktikannya melalui kerja keras dan terlihat dari hasil yang diterima di film pertama yang bukan tak mungkin terulang di film kedua ini.

Bahkan saya menduga bahwa bukan hal yang mustahil Black Panther: Wakanda Forever ini akan dicalonkan Disney ke ajang Oscar tahun depan, mengingat materi yang ditawarkan film ini juga "Oscar-friendly".

Film ini juga secara seimbang memberikan penghormatan kepada Cadwick sekaligus memberikan jalan lapang bagi penerusnya.

Dengan melihat chemistry dan emosi yang terjalin antara Letitia Wright serta Chadwick Boseman begitu kuat dan seolah mengesankan mereka benar-benar bersaudara membuat saja kemudia berpikir, akan seperti apa film ini jika saja keduanya masih dipertemukan dalam satu frame?

Terbayang mereka akan menjadi dynamic duo yang dinantikan para penonton.

Skor pribadi untuk Black Panther: Wakanda Forever: 8/10.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com