Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ariana Maharani
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ariana Maharani adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Penyebab Masih Adanya Puskesmas Tanpa Dokter di Indonesia

Kompas.com - 19/12/2022, 17:53 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sementara Dokter Internship atau Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) merupakan program pemerintah yang mengatur dan menempatkan para dokter-dokter muda yang baru saja lulus ke seluruh wilayah Indonesia.

Selain untuk meningkatkan jumlah dokter di Puskesmas tanpa dokter, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemahiran, kemandirian, dan kedayagunaan para dokter muda tadi.

Program ini sebetulnya merupakan upaya baik pemerintah. Sebelum tahun 2019, program PIDI ini hanya menempatkan para dokter internship ke Puskesmas utama, yaitu wahana induk tempat internship melakukan pemahiran dan pemandirian kompetensi serta keterampilan.

Namun, sejak tahun 2019 para dokter internship tadi ditingkatkan kedayagunaannya di berbagai Puskesmas satelit atau Puskesmas yang terdapat di wilayah terpencil dan sangat terpencil.

Dengan diberlakukannya program ini, maka kiranya pemerintah atau dalam hal ini PPSDMK harus mampu merespons secara proporsional terkait hak-hak yang seharusnya dokter-dokter muda tersebut dapatkan.

Selain program PIDI dan NS, pemerintah juga memiliki skema berupa PTT, ASN, serta P3K yang beru berlaku sejak tahun 2021 untuk mengatasi masalah tidak meratanya tenaga kesehatan di berbagai Puskesmas Indonesia.

Melalui program NS dan PIDI itu diketahu masih belum cukup untuk bisa mengatasi masalah tidak meratanya jumlah dokter di seluruh Indonesia. Padahal dari program tersebut, para dokter yang dikirim ke berbagai wilayah Indonesia sudah sangat masif.

Oleh karenanya pemerintah memiliki upaya lain, yaitu dengan memberikan beasiswa-beasiswa afirmasi putra-putri daerah untuk bisa berkuliah di Fakultas Kedokteran.

Dari situ nantinya para putra-putri daerah ini akan dikembalikan ke daerahnya masing-masing untuk bisa mengisi kekosongan posisi dokter di wilayahnya masing-masing.

Dengan berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk mencapai target jumlah Puskesmas tanpa dokter di Indonesia 0% tentu merupakan sebuah langkah yang baik dan patut diapresiasi,

Akan tetapi, selain menjalankan dan memastikan program-program tadi berjalan konsisten, pemerintah juga perlu memperhatikan bahwa masih banyak strategi multisektoral lain yang harus dikerahkan dalam rangka pemerataan jumlah tenaga kesehatan termasuk dokter di berbagai Puskesmas seluruh Indonesia.

Pemerintah juga mesti terus berbenah untuk meningkatkan sarana dan prasana lain pendukung suksesnya program-program tadi.

Seperi misalnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas infrasutruktur serta sarana-prasarana fasilitas kesehatan yang nantinya akan digunakan oleh para dokter jika ditempatkan di Puskesmas-puskesmas di wilayah terpencil dan sangat terpencil Indonesia.

Tujuannya tentu agar para dokter mampu mempraktikkan teori dan keterampilan yang sudah mereka pelajari saat berkuliah kedokteran secara ideal dan optimal.

Hal terpenting yang mesti pemerintah sadari adalah seseorang akan mau dan rela bekerja serta ditempatkan di suatu daerah bila tempat tersebut dianggap mampu memberinya keuntungan, berupa keuntungan ekonomi, sosial, budaya, hingga profesionalisme.

Maka dari itu, pemerintah harus bisa meyakinkan dan membuktikan kepada para dokter serta seluruh tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di daerah terpencil hingga sangat terpenci, bahwa keuntungan-keuntungan tersebut bisa mereka dapatkan dan akan dijamin oleh pemerintah.

Semoga dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah ini, target mencapai jumlah 0% Puskesmas tanpa dokter di Indonesia akan sesegera mungkin tercapai yang tentu akan membuat Indonesia menuju status kesehatan yang lebih baik lagi.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengapa Masih Terdapat Puskesmas Tanpa Dokter?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau