Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Namun, ada beberapa hal kunci yang menjadi pembeda dan mengapa para pemain Argentina bisa sangat leluasa untuk menyerang sekaligus memberikan penjagaan yang kuat terhadap pemain Prancis.
Pertama, Argentina lebih mampu memainkan strategi yang diinstruksikan pelatih dengan benar. Mereka tidak memberi ruang kepada para pemain Prancis untuk mengembangkan permainan.
Pressing ketat serta penguasaan lapangan yang baik dari Messi dan anggota tim lain memberikan keuntungan ganda. Mendikte pertandingan di satu sisi, plus mencuri sepasang gol di sisi berbeda.
Di babak pertama, pemain unggulan Prancis seperti Mbappe dan Giroud sama sekali tidak bisa bergerak dengan leluasa ataupun melakukan gerakan yang mengancam gawang lawan karena terisolasi oleh penjagaan ketat pemain Argentina.
Asupan umpan dan dukungan dari lini kedua Prancis pun sangat minim. Antoine Griezmann yang biasa membuka ruang serang dan menyuplai bola pada Giroude atau Mbappe pun tak bisa berbuat banyak.
Praktis, di 45 menit pertama pertandingan menjadi milik Argentina sepenuhnya.
Kedua, anggapan banyak orang mungkin pertandingan telah usai ketika sampai di menit 75 Argentina masih menguasai permainan dengan keunggulan skor 2-0.
Dengan permainan yang terorganisir, mengalir, dijalankan dengan penuh disiplin dan semangat tingkat tinggi, Argentina sudah berada di ambang juara.
Namun, anggapan itu meleset kala Prancis berhasil mendapat momentum untuk bangkit dan melawan balik di penghujung laga, tepatnya di menit ke-80.
Dengan ditariknya Angel Di Maria keluar lapangan, serangan Argentina tidak setajam sebelumnya. Tekanan dan agresivitas yang diberikan pemain Argentina lain juga tak setinggi sebelumnya. Hal ini lah yang berhasil dimanfaatkan para pemain Prancis.
Kehadiran Mbappe, juga sokongan darah muda yang begitu energik dalam diri Marcus Thuram dan Randal Kolo Muani membuat repot barisan belakang Argentina yang mulai kelelahan.
Namun, berbekal keinginan kuat untuk menjadi juara dunia, para pemain Argentina menunjukkan diri tidak hanya sebagai tim yang solid tetapi juga memiliki daya tahan yang panjang.
Terbukti dengan berhasilnya Messi memecah kebuntuan dengan mencetak gol ketiga Argentia di babak pertama extra time.
Daya tahan ini lah yang justru tidak terlihat pada Prancis. Para pemain Prancis terlihat tidak siap untuk menghadapi pertarungan yang panjang dan melelahkan.
Dalam situasi penuh tekanan saat menghadapi momen yang tidak hanya menuntut ketepatan mengambil keputusan tetapi juga ketenangan mengeksekusi, dua pemain Prancis tak berdaya.