Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jika sebuah karya seni sering dikaitkan sebagai pananda zaman, musik akan jadi medium terpopuler sebagai penandanya.
Pada akhirnya musik dibuat karena suatu kondisi yang menyebabkan bisa diterima dan menyapa publik.
Namun, yang kemudian terjadi hubungan kita dengan (sebuah) lagu jadi dekat dan erat.
Kami coba rangkum beberapa konten Kompasianer terkait topik berikut ini:
Lagu Ojo Dibandingke yang dinyanyikan Farrel Prayoga menambah daftar lagu-lagu berbahasa Jawa yang eksis di jagad musik Tanah Air.
Bahkan, menurut Kompasianer Hadi Saksono, tak sedikit kalangan generasi Z yang ikut menikmati lagu-lagu berbahasa Jawa belakangan ini.
"Untuk hal ini, jelas kita tidak bisa mengesampingkan peran dari mendiang Didi Kempot, yang kembali muncul ke permukaan panggung musik nasional beberapa tahun sebelum wafat pada 5 Mei 2020 lalu," lanjutnya.
Bila ditelisik lebih jauh, mayoritas lagu yang dinyanyikan bertema mendayu-dayukan perasaan, kisah tentang kegalauan hati yang dituangkan dalam baris-baris lagu. (Baca selengkapnya)
Anak-anak yang hidup dan besar pada era 90an akan familiar band beraliran ska ini: Tipe-X.
Band yang tergolong unik, menurut Kompasianer Budi Idris, memberikan warna yang berbeda menghadirkan jiwa semangat dan ceria bagi para pendengarnya.
Selain musiknya, Tipe-X sering kali menyoroti berbagai hal seperti masalah cinta hingga sosial.
"Lagu Tipe-X sangat cocok dengan kalangan anak muda bahkan orang tua yang sering mendengarkan lagu-lagu Tipe-X akan bangkit jiwa mudanya," tulis Kompasianer Budi Idris. (Baca selengkapnya)
Kompasianer Andi Samsu Rijal menilai, lirik merupakan salah satu unsur penting dalam lagu.
Ada yang sudah mendengar lagu "Komang" dari Raim Laode? Suka?
"Lagu karya Raim Laode dengan liriknya yang memukau para pendengar khususnya generasi Z yang hanya bisa tersentuh dengan hal-hal holistik," tulis Kompasianer Andi Samsu Rijal.