Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Meski kemunculan AI dengan ChatGPT-nya saat ini hadir sebagai layanan teknologi untuk manusia, namun hal tersebut tetap memiliki batasan-batasan sosial tertentu dalam dunia akademik.
Ketika menggunakan ChatGPT, seseorang bisa saja mengajukan pertanyaan, kemudian ChatGPT akan memberikan jawan yang sesuai. Jawaban dari ChatGPT atas pertanyaan yang diajukan bisa saja memang benar, dalam artian sebuah teknologi akan memberikan jawaban benar atau salah saja.
Akan tetapi, beda dengan dosen. Dosen bisa lebih dari itu. Seorang dosen bisa memberikan jawaban atas pertanyaan sekaligus memberikan penjelasan. Dengan begitu, akan tercipta dialog akademis antara mahasiswa dengan dosen.
Artinya, bisa dikatakan bahwa layanan teknologi ChatGPT bisa saja dijadikan sebuah referensi akademik, akan tetapi tidak menjamin proses akademik berjalan dengan baik.
Teknologi memberikan pengetahuan (sekedar tahu) tetapi tidak bisa memberikan pemahaman lebih mulai dari dasar ilmu pengetahuan, paradigmatis, teoritis hingga praktik keilmuan dalam karya tulis dan di masyarakat.
Ketika menghadiri sebuah acara peringatan Isra Miraj di masjid salah satu PTN di Yogyakarta beberapa minggu lalu, tema yang diangkat cukup menarik, yakni “Merawat Spiritual Menuju Puncak Kemajuan Teknologi Peradaban Manusia.”
Salah satu pembicara yang hadir saat itu adalah Anggota Komisi Fatwa Mui Pusat, K.H. Mahbub Ma’afi. Ketika acara berlangsung ada peserta yang melontarkan pertanyaan sederhana soal apa kaitannya Isra Miraj dan AI.
Apakah AI nantinya akan menggantikan fatwa yang ada atau AI malah bisa melahirkan fatwa?
Dari pertanyaan itu, jawaban yang diberikan adalah bahwasannya sejauh ini teknologi tidak mampu menandingi apa yang terjadi pada peristiwa Isra Miraj.
Barangkali ke depannya AI bisa saja diterapkan di berbagai hal termasuk dalam bidang fatwa atau akademik. Namun, tetap saja ada hal-hal tertentu yang tidak bisa digantikan oleh teknologi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.