Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Faktor yang turut mendukung berkembangnya kota megalopolis tersebut adalah perkembangan teknologi. Hal ini bisa dilihat dari apa yang terjadi di Chicago dan New York.
Akibat perkembangan teknologi, Chicago dan New York yang tumbuh seiring perkembangan teknologi baja dan lift yang memungkinkan orang-orang untuk membangun gedung-gedung pencakar langit.
Hal ini juga terjadi di Indonesia, menurut hasil riset Litbang Kompas, terjadi pergeseran tujuan migrasi masyarakat yang hendak mencari pekerjaan. Jakarta tak lagi tujuan utama migrasi masyarakat.
Alih-alih memilih Jakarta sebagai kota tujuan mencari pekerjaan, kini perantau lebih memilih pergi ke daerah penyangga, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Bahkan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta masuk dalam daftar 10 daerah utama tujuan migrasi pada tahun 2021 dengan jumlah migran sebanyak 134.545 orang.
Sebagai warga Sleman, saya merasakan pembangunan di Sleman memang cukup masif serta semakin padat dan macet.
Isu perkotaan dan urbanisasi adalah masalah yang sangat kompleks.
Selain masalah yang mungkin timbul di perkotaan sendiri akibat urbanisasi yang tidak terkendali, hal ini merupakan alarm akan alih fungsi lahan yang kian masif dan terbatasnya lapangan kerja di pedesaan.
Dalam jangka panjang, kondisi tersebut dapat memunculkan masalah yang tidak kalah serius seperti ketahanan pangan, air bersih, menurunnya daya dukung lingkungan dan sebagainya.
Jika ingin laju urbanisasi ditekan, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah desa harus dilakukan agar tercipta lapangan kerja bagi masyarakat. Dana desa seharusnya bisa dimanfaatkan untuk ini, asalkan dikelola dengan bijak dan bertanggung jawab, bukan malah dikorupsi.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Apa yang Luput Diperhatikan dari Isu Urbanisasi?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.