Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Setiap orang pasti memiliki mimpi untuk bisa membangun rumah sendiri. Atau setidaknya merenovasi rumah yang sudah ada agar memiliki tampilan seperti apa yang selama ini diimpikan.
Akan tetapi, dalam realitasnya membangun rumah tidak semudah memimpikannya, sebab dalam membangun rumah dibutuhkan biaya yang bisa mencapai ratusan bahkan hingga miliaran rupiah.
Ketika memutuskan menabung untuk membangun rumah pun ada hal-hal lain yang perlu ikut dipertimbangkan selain biaya material bangunan. Ada hal lain seperti ongkos tukang bangunan yang makin hari makin tak masuk akal ongkosnya.
Baik itu tukang borongan maupun tukang harian, biaya yang dibutuhkan hampir sama besar dengan biaya yang dibutuhkan untuk membeli materialnya.
Biasanya tukang borongan dibayar untuk bekerja dari proyek pembangunan rumah dimulai hingga rumah itu selesai dibangun. Sementara tukang harian dibayar per hari, jadi bayaran yang diterima tergantung dengan berapa hari ia bekerja.
Selain biaya, masalah lain yang mesti diperhatikan saat hendak membangun rumah adalah soal memilih tukang yang baik. Jika sampai keliru memilih tukang saat hendak membangun rumah itu akan jadi masalah yang fatal.
Tukang atau pekerja bangunan itu dapat dianggap seperangkat dengan bahan bangunan, sama pentingnya, sama dibutuhkannya. Maka, memilih tukang bangunan yang cocok itu mutlak. Tidak boleh asal, agar tak menyesal.
Lantas, bagaimana caranya agar kita tak keliru ketika memilih tukang sebelum membangun rumah?
Berdasarkan pengalaman pribadi saat membangun rumah, saya sadar bahwa tidak semua tukang bangunan memiliki kriteria yang sama.
Bukan hanya soal upah, pola kerja, pelayanan yang diberikan, dan lain sebagainya, semua itu bervariatif berbeda antara tukang bangunan yang satu dan yang lainnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.