Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ire Rosana Ullail
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ire Rosana Ullail adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kompas.com - 21/04/2024, 12:53 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di hari ke-7 Idulfitri, dapur-dapur di Desa Guyangsari, Kabupaten Semarang kembali semarak. Pasalnya, di hari ini ada satu tradisi yang biasa disebut lebaran ketupat, syawalan, atau kupatan.

Sesuai namanya, pada momen kupatan ini banyak warga kembali memasak dan membuat menu masakan ketupat lengkap dengan lauk berupa sayur opor ayam dan sambal goreng ati. Tak hanya itu, beberapa orang juga memasak sayur tahu, kentang, krecek dengan kuah santan sebagai menu pengganti sambal goreng ati.

Pada momen lebaran ketupat ini, biasanya warga desa sudah mulai memasak ketupat dan berbagai lauk serta sayur pendampingnya sehari sebelumnya, atau pada H+6 Idulfitri. Dengan begitu, ketika tiba H+7 Idulfitri, berbagai menu yang sudah dimasak tadi bisa dibawa oleh warga ke masjid untuk didoakan (slametan) sebelum akhirnya dimakan bersama-sama.

Para warga Desa Guyangsari sekitar pukul setengah 7 pagi sudah berkumpul dengan membawa nampan atau tampah berisi ketupat serta lauk milik masing-masing.

Biasanya satu keluarga akan diwakilkan oleh anggota keluarga laki-laki untuk membawa makanan tersebut ke dalam masjid. Acara slametan ini biasanya dimulai dengan pembacaan tahlil yang dipandu oleh tokoh agama setempat. Setelah itu, sang ustaz akan memberikan ceramah terkait makna dan arti dari lebaran ketupat.

Para warga Desa Guyangsari, Kabupaten Semarang berkumpul di masjid merayakan tradisi Lebaran Ketupat pada H+7 Idulfitri.Kompasianer Ire Rosana Ullail Para warga Desa Guyangsari, Kabupaten Semarang berkumpul di masjid merayakan tradisi Lebaran Ketupat pada H+7 Idulfitri.

Penjelasan Makna Ketupat dalam Budaya Jawa

Sebagai catatan, ketupat merupakan kependekan dari istilah bahasa Jawa, yakni ngaku lepat atau bila diartikan ke bahasa Indonesia menjadi “mengakui kesalahan.”

Dengan kata lain, ngaku lepat memiliki makna bahwa kita sebagai manusia di momen Idulfitri mengakui segala kesalahan serta memohon ampunan, terutama pada Allah SWT, kemudian pada keluarga, saudara, teman, serta masyarakat sekitar. Pada waktu inilah kita diingatkan bahwa lebaran Idulfitri adalah momen untuk saling memaafkan.

Selain itu, ketupat yang memiliki ciri khas dibungkus dengan janur ternyata juga memiliki makna tersendiri. Janur yang merupakan daun pohon kelapa dalam bahasa Arab adalah Ja'a a an-nur atau “telah datang cahaya”, sementara masyarakat Jawa mengartikan janur sebagai sejatine nur yang bermakna bahwa manusia kembali suci setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadan.

Kemudian, anyaman janur pada ketupat dibentuk segi empat yang menyimbolkan bahwa hidup manusia itu rumit dan penuh lika-liku, sehingga sarat akan kesalahan dan kekhilafan.

Sebagai menu utama pada momen kupatan, ketupat biasanya disajikan dengan lauk berkuah santan, seperti opor ayam. Begitu eratnya kaitan antara ketupat dan opor ayam, di masyarakat Jawa sampat muncul parikan atau pantun bahasa Jawa yang berbunyi, mangan kupat nganggo santen, menawi lepat kulo nyuwun ngapunten.

Kembali ke acara slametan, setelah membaca doa bersama, acara diakhiri dengan makan bersama menu ketupat dan lauk serta sayur pelengkapnya. Para warga saling bertukar lauk dan mencicipi makanan satu sama lain.

Suasana lebaran ketupat di Desa Guyangsari, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.Kompasianer Ire Rosana Ullail Suasana lebaran ketupat di Desa Guyangsari, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Di desa kami, tradisi lebaran ketupat ini masih rutin dilakukan hingga kini. Warga desa masih percaya bahwa makna yang terkandung dalam tradisi kupatan masih relevan dengan zaman sekarang.

Tradisi kupatan ini juga masih rutin dilakukan oleh mayoritas masyarakat Jawa lainnya, seperti Magelang, Kudus, Jepara, Banyuwangi, Pasuruan, Batu, Demak, Madura, Trenggalek, Rembang, Gresik, dan lain-lain.

Konon kabarnya ada juga beberapa daerah di luar Jawa yang melakukan tradisi serupa seperti di Manado, Lombok, dan Gorontalo.

Asal Mula Tradisi Kupatan

Tradisi lebaran ketupat alias kupatan konon pertama kali dipopulerkan sekitar tahun 1600-an oleh Raden Mas Said atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kalijaga. Ia adalah salah satu tokoh Walisongo yang turut menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Kata Netizen
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Kata Netizen
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau