Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Efwe
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Efwe adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Daya Beli Masyarakat Perlu Diperkuat

Kompas.com - 06/09/2023, 13:58 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Apabila perubahan harga terus menunjukan kenaikan secara konsisten dan terus menerus, maka akan timbulah apa yang kita kenal dengan istilah inflasi.

Kondisi ini dapat terjadi apabila permintaan atas suatu barang dan jasa tinggi, sementara stok barang dan jasa yang ada terbatas, sederhananya supply dan demand-nya tak seimbang, karena berbagai alasan.

Jika inflasi tidak bisa dikendalikan, penurunan daya beli masyarakat akan menjadi sebuah keniscayaan.

Kedua, pendapatan riil masyarakat yang dihitung dari jumlah pemasukan setelah disesuaikan dengan perubahan harga.

Maksudnya, jika pendapatan masyarakat naik karena pemerintah menaikkan UMR, tetapi pada saat bersamaan harga barang dan jasa juga mengalami kenaikan, maka otomatis daya beli masyarakat akan cenderung stagnan.

Bahkan bisa jadi malah merosot karena presentase kenaikan barang dan jasa justru lebih tinggi daripada kenaikan pendapatan masyarakat.

Kondisi tersebut juga bisa diperparah dengan menyusutnya lapangan pekerjaan. Minimnya ketersediaan lapangan kerja tentu akan membuat angka pengangguran bertambah.

Bertambahnya angka pengangguran ini otomatis juga akan membuat masyarakat kehilangan daya beli karena tidak bisa menghasilkan uang.

Penurunan atau peningkatan daya beli masyarakat itu sebenar bersifat interdependensi terhadap kondisi perekonomian nasional.

Level daya beli masyarakat sangat ditentukan oleh situasi perekonomian nasional, tapi pada saat bersamaan naik-turunnya daya beli akan berdampak terhadap perekonomian nasional.

Indikator untuk Mengukur Daya Beli Masyarakat

Selanjutnya, untuk bisa mengukur daya beli masyarakat, salah satunya bisa dilihat dari Indeks Keyakinan Konsumen. Survei ini dilakukan dan dirilis secara berkala oleh Bank Indonesia.

Survei ini terdiri dari dua jenis indeks, yakni pertama survei untuk mengukur tingkat kepercayaan konsumen terkait pendapatan saat ini dibandingkan enam bulan lalu, biasanya disebut Indeks Kepercayaan Konsumen Saat ini.

Kedua, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi yang mengukur tingkat kepercayaan konsumen terkait kondisi ekonomi enam bulan mendatang.

Aspek-aspek yang diukur dalam kedua survei itu meliputi, lapangan pekerjaan, penghasilan, serta kegiatan usaha yang memengaruhi daya beli masyarakat.

Tujuannya dibuat indeks ini adalah untuk mengetahui dan melakukan evaluasi terhadap optimisme atau pesimisme konsumen atau masyarakat mengenai kondisi perekonomian.

Minat konsumen yang tinggi atau rendah untuk berbelanja akan berpengaruh terhadap iklim kegiatan industri dan bisnis di suatu negara.

Angka Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang tinggi menunjukan konsumsi masyarakat naik dan daya beli masyarakat cukup baik. Sebaliknya, ketika angka IKK rendah artinya konsumsi masyarakat turun dan daya beli masyarakat turun.

Dalam indeks ini digunakan peniliaian angka 100, artinya jika indeks berada di atas angka 100 itu berarti kondisi konsumen/masyarakat optimis, sementara bila indeks berada di bawah 100 itu menunjukkan kondisi konsumen/masyarakat yang pesimis.

Pada bulan Juli 2023, berdasarkan Laporan BI tentang Indeks Kepercayaan Konsumen menunjukkan IKK mencapai angka 123,5. Itu artinya masyarakat/konsumen cenderung optimis terhadap kondisi perekonomian nasional.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Kata Netizen
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Kata Netizen
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari 'Goceng'
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari "Goceng"
Kata Netizen
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau