Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
S Aji
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama S Aji adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Melihat Bagaimana Radio Memenuhi Kenangan Banyak Remaja 90-an

Kompas.com - 26/11/2023, 18:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

***

Terlepas dari semua itu, sejatinya radio bukan semata alat untuk saling melepas rindu.

Lebih dari itu, radio adalah ruang saat para penyiar membantu kita yang abege berlatih imajinasi dari sesuatu yang tidak kita lihat secara langsung.

Sebagai gambaran, saat kita mendengar satu siaran radio, bisa saja kita tidak berada di kelompok yang seusia dengan kita, sebut saja misalnya grup ronda bapak-bapak.

Meski begitu radio tetap ada di tengah percakapan dengan lagu-lagu lawas yang membuat kelompok bapak-bapak itu bisa bernyanyi bersama. Saat ini terjadi, kita yang masih abege waktu itu jadi bertanya, kegalauan macam apa yang mereka titipkan dalam lagu-lagu itu?

Atau saat waktu menjelang tengah malam, para penyiar biasanya akan membacakan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang hari itu. Dari situ, kita jadi bisa mendengar dan mengetahui segala peristiwa yang terjadi sembari membayangkan bagaimana peristiwa terjadi dan di mana tempat terjadinya.

Terlebih ketika para penyiar itu menyampaikan siaran langsung sepak bola. Seperti Radio Pro II FM RRI yang sering menyiarkan langsung pertandingan Persipura di Mandala, Jayapura.

Para penyiar yang cekatan itu, bersama kalimat-kalimat yang meluncur deras mengikuti pandangan, selalu bisa menularkan ketegangan.

Ketika penyiar mengatakan Izack Fatari bergerak membawa bola di sisi kanan pertahanan Petrokimia Gresik, kita harus membayangkan bagaimana penyerang Persipuran bertubuh gempal ini berlari dengan gocekannya.

Kita tidak boleh melakukan hal lain selain diam penuh fokus di samping radio. Kecuali kita memilih kehilangan momentumnya.

Radio dan penyiar melatih pikiran kita dengan kata-kata yang bergerak aktif, melukiskan dunia di kepala, dan membuat hidup kekinian tidak sepenuhnya asing.

Radio bisa jadi arena publik mengontrol kerja kekuasaan. Pada radio yang hidup utamanya adalah produksi berita, ada sesi yang diberikan khusus untuk menampung keluhan warga. Daftar keluhan itu lantas disambungkan saat itu juga dengan pejabat bersangkutan.

Bersamaan dengan usaha mengontrol kinerja kekuasaan, radio-radio juga membuat talkshow dengan pembahasan isu-isu yang sedang ramai dengan pembicara yang mumpuni. Dari sini, kita tidak saja mengetahui isu publik apa yang sedang marak, kita pun bisa tahu mana pembicara yang layak dan tidak.

Selain itu, radio juga ikut mengabarkan kehidupan sehari-hari di sebuah kota. Bagaimana kondisi lalu lintas, harga kebutuhan pokok terkini di pasar-pasar, apa ada kejahatan-kejahatan, hingga kabar proyek pembangunan infrastruktur dasar yang dikorupsi.

Radio tidak sebatas fasilitas menghangatkan kebersamaan, produksi kangen-kangenan abege, atau melatih imajinasi--contoh paling bagus untuk ini adalah mendengarkan sandiwara radio yang berjilid-jilid. Tapi dengan radio, kita juga bisa melihat pengelolaan kekuasaan dan sumberdaya publik yang bermasalah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com