Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Tradisi kupatan lahir sebagai bentuk “perayaan” warga muslim setelah melakukan puasa di bulan Syawal. Seperti yang kita ketahui bersama, setalah perayaan Idulfitri pada 1 Syawal, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa selama 6 hari sebagai ibadah sunah.
Hal tersebut sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi sebagai berikut, “Barang siapa yang berpuasa ramadan kemudian berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh." (HR Bukhari Muslim)
Artinya, baik lebaran pada 1 Syawal maupun lebaran ketupat, keduanya merupakan simbol perayaan atas keberhasilan umat Islam menahan segala nafsu yang dapat membatalkan puasa.
Meski berbentuk perayaan dan sudah menjadi tradisi turun-temurun tetapi masyarakat diharapkan tetap memegang teguh makna yang terkandung dalam setiap simbol yang ada. Dengan begitu kegiatan yang dilakukan bukan sekadar ritual serta acara makan-makan semata tetapi juga sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Memaknai Lebaran Ketupat, Bukan Sekadar Tukar Lauk dan Makan-makan"