Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Seseorang yang melakoni diri sebagai self-publisher sudah semestinya menguasai bisnis dan berjiwa enterpreneur. Ia harus memahami proses bisnis penerbitan buku dari hulu ke hilir.
Lakon penyedia jasa penerbitan atau publishing service juga merupakan lakon yang dijalankan sebagai organisasi bisnis.
Penyedia jasa penerbitan bekerja berdasarkan order yang mungkin diminta all in, yaitu penulisan, penyuntingan, pengilustrasian, pendesainan, penerbitan, dan pencetakan.
Karena itu, ia harus memiliki personel untuk tiap bidang pekerjaan atau membentuk tim kerja. Penyedia jasa penerbitan dapat menangani kebutuhan individu untuk menulis buku atau organisasi. Namun, bukan hanya buku yang dapat ditangani, melainkan produk tulisan lain seperti laporan tahunan.
Perajin buku berbeda dengan penyedia jasa penerbitan. Perajin buku tidak bekerja berdasarkan order, tetapi mewujudkan buku siap cetak kemudian menawarkannya kepada penerbit atau organisasi lainnya.
Perajin buku juga terkadang bekerja memasok buku siap cetak kepada penerbit besar. Jadi, perajin buku adalah perusahaan atau entitas yang mengelola seluruh proses pembuatan buku, mulai konsep hingga produksi.
Edward Stratemeyer disebut-sebut sebagai book packager yang sangat berpengaruh dalam sejarah penerbitan. Ia mendirikan Stratemeyer Syndicate yang menjadi model awal bisnis perajin buku.
Edward melayani permintaan penerbit untuk menyiapkan serial novel anak. Dua yang sangat populer, yaitu The Hardy Boys dan Nancy Drew.
Jika engkau hendak menjadi perajin buku, engkau harus memiliki kekayaan gagasan, terutama mengembangkan buku seri.
Engkau harus melihat peluang isu-isu yang dapat dikembangkan dalam bentuk buku lalu ditawarkan ke penerbit besar atau lembaga yang relevan. Peluang itu sangat terbuka di Indonesia.
Misalnya, engkau punya gagasan bagaimana mengomunikasikan konteks perubahan iklim kepada anak-anak, khususnya anak SD kelas 4--6. Engkau dapat mewujudkannya dalam bentuk komik pengetahuan. Setelah jadi, engkau tawarkan komik itu ke lembaga, seperti BMKG atau WALHI. Komik itu kemudian diterbitkan atas nama lembaga tersebut.
Untuk itu, seperti penyedia jasa penerbitan, perajin buku juga harus dibentuk sebagai organisasi bisnis. Saya pernah melakoni kerja sebagai book packager dengan memasok buku untuk beberapa penerbit besar, seperti Penerbit PPM, Tiga Serangkai, dan Bumi Aksara.
***
Untuk engkau yang ingin menjadi penulis bebas, enam pilihan lakon itu mungkin dapat dijalani. Mungkin engkau berpikir harus pensiun dini sebagai penulis karyawan. Lalu, apa yang dapat dilakukan dengan kompetensi menulis? Pilihan menjadi writerpreneur atau authorpreneur cocoklah itu.
Namun, perlu engkau camkan bahwa lakon menjadi writerpreneur itu menuntut dirimu serbatahu soal penulisan dan penerbitan. Engkau juga harus bertindak sebagai konsultan karena klien pasti akan banyak bertanya.
Oleh karena itu, jangan segan-segan belajar lagi dan belajar tulis perihal industri penulisan dan industri penerbitan.
Satu lagi, sertifikasikan profesi atau kompetensimu itu. Klien tambah percaya jika jejak rekammu didukung sertifikat kompetensi berlisensi BNSP, terutama klien dari lembaga pemerintah. Salam insaf!
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "6 Lakon Keren sebagai Writerpreneur"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.