Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yulius Roma Patandean
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Yulius Roma Patandean adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Indonesia Bisa Contoh Korea Selatan untuk Atasi Macet

Kompas.com - 22/09/2024, 23:57 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pada crosswalk tanpa indikator lampu merah, pejalan kaki diperlakukan seperti raja oleh pengendara mobil. Tak ada bunyi klakson keras-keras ketika pejalan kaki melintas. Para sopir sabar menunggu hingga pejalan kaki berlalu.

Beberapa kali saya mengalami kejadian ini saat pergi ke sekolah setiap pagi. Ada tujuh crosswalk yang harus saya lewati. Tiga di antaranya tanpa indikator lampu merah.

Meskipun saya mempersilahkan kendaraan lewat lebih dulu, tetapi para pengemudi dengan ramah memberikan kode agar saya yang menyeberang lebih dulu. Hal yang sama dilakukan oleh pengendara motor. 

Saya kira membangun kedisiplinan pengguna jalan inilah yang bisa menjadi alternatif pertama. Kedisiplinan bukan karena adanya petugas kepolisian yang berdiri mengatur arus lalu lintas. Disiplin berkendara pun bukan terjadi karena adanya desakan peraturan yang berujung pada tilang kendaraan. 

Selama sebulan tinggal di Korea Selatan, saya belum pernah melihat adanya petugas kepolisian berdiri di tengah jalan mengatur lalu lintas atau memberikan tilang. Semuanya seeperti telah membudaya akan kedisiplinan ini.

Budayakan Jalan Kaki dan Bersepeda

Jalan kaki dan bersepeda. Saya kira inilah metode sederhana yang bisa dibangkitkan kembali di Indonesia. Warga Korea Selatan sangat intens berjalan kaki setiap hari hingga berkilo-kilometer. Tak ada rasa canggung. 

Anak sekolah, remaja, mahasiswa, tua dan muda aktif jalan kaki. Sehingga tidak mengherankan, di pusat kota Seoul sering dijumpai warga yang menyerupai semut berlalu di peremaptan lampu merah dan crosswalk.

Di Indonesia, sekali lagi saya sudah melihat banyak warga Jakarta yang mulai membudayakan ini efek dari halte dan terminal MRT dan Transjakarta. 

Namun, di luar itu, wajib ada himbauan konsisten dari pemerintah, baik pusat maupun daerah agar semua pekerja, pegawai, PNS, ASN dan anak sekolah mulai diajak untuk membiasakan jalan kaki. Bayangkan saja, jarak 100 meter dari rumah ke sekolah, siswa masih ahrus naik ojek atau membawa kendaraan sendiri. 

Dengan mulai membiasakan jalan kaki, maka fungsi dari pemanfaatan bus sebagai kendaraan harian akan maksimal pula. Warga akan aktif berjalan dari halte ke halte untuk menunggu bus yang sesuai dengan trayek tempat tinggalnya.

Alternatif berikutnya adalah menggunakan sepeda untuk beraktivitas. Di Korea Selatan, fasilitas sepeda disediakan oleh pemerintah.

Sepeda dengan mudah ditemukan terparkir di pinggir jalan. Tak ada yang mengambilnya tanpa izin. Sepeda tersebut akan terkunci otomatis setelah ditinggalkan pemakainya. Khusus di kota Jeju, semua berjalan dengan nyaman. Tak ada pencurian sesuai dengan filosofi kata Jeju itu sendiri. 

Tapi, ini mungkin ribet di tanah air, mengingat masih minimnya kesadaran warga akan keberadaan fasilitas umum. Aksi pencurian masih tinggi di tanah air. 

Saya menyaksikan sendiri, bagaimana ribuan sepeda manual dan sepeda listrik yang terparkir di pinggir jalan di kota Jeju tak ada yang mengambilnya. Bahkan ada sepeda listrik yan sudah tiga minggu tidur manis di trotoar, semua aman.

Demikian pula sepeda motor mahal keluaran Ferrari yang dijadikan angkutan paket, terparkir liar saja dan aman.

Sekali lagi, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurai macet di tanah air, tetapi kembali pada karakter warga. 

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Solusi Macet di Indonesia Bisa Adopsi Metode Korea Selatan"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Kata Netizen
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kata Netizen
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Kata Netizen
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Kata Netizen
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Kata Netizen
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Kata Netizen
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Kata Netizen
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Kata Netizen
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Kata Netizen
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Kata Netizen
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
Kata Netizen
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Kata Netizen
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Kata Netizen
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Kata Netizen
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau