Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sebelum program makan gratis dari pemerintah dilakukan secara riil, sekolah sudah melaksanakan program gerakan sarapan bersama bagi siswa.
Sedangkan di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, gerakan ini dilakukan pada setiap Jumat.
Program ini dilakukan sejak pemerintah menemukan data tentang anak yang stunting. Termasuk di dalamnya anak-anak yang masih sekolah. Ada 149 juta (22%) balita di seluruh dunia yang stunting (statistik PBB 2020). Dan, 6,3 jutanya anak usia dini atau balita Indonesia.
Tentu saja gerakan sarapan bersama bagi siswa di sekolah yang dilakukan juga di sekolah lain, atas rekomendasi dinas pendidikan setempat, dipastikan dilatarbelakangi oleh gambaran di atas.
Sehingga, gerakan sarapan bersama bagi siswa di sekolah sekurang-kurangnya membantu upaya baik untuk mengikis stunting. Stunting ditandai oleh pertumbuhan yang normal pada diri anak terkendala.
Sarapan yang dibawa siswa ke sekolah adalah sarapan yang disiapkan oleh keluarga. Hal ini untuk memastikan bahwa kandungan gizi dalam sarapan yang dinikmati siswa benar-benar terjaga. Sebagai wujud keluarga peduli terhadap kesehatan anak.
Gerakan sarapan bersama bagi siswa di sekolah dapat mengondisikan siswa yang tak mau sarapan menjadi mau sarapan. Sebab, ternyata, banyak siswa tak sarapan sebelum sekolah. Sekurang-kurangnya fakta ini dijumpai di sekolah tempat saya mengajar.
Di sekolah tempat saya berbakti, gerakan sarapan bersama bagi siswa dilakukan di tempat secara bergantian. Kadang dilakukan di halaman sekolah yang didampingi oleh guru-guru, yang juga sarapan. Kadang dilakukan di ruang kelas, yang didampingi oleh wali kelas.
Siswa putri selalu dilengkapi dengan gerakan minum tablet tambah darah. Sebab, ternyata ada sebanyak 32% remaja usia 15-24 tahun di Indonesia mengalami anemia (Kemenkes, 2024). Dan, jika hal ini tak ditangani secara serius, mereka kelak akan melahirkan bayi stunting.
Pada saat gerakan sarapan bersama bagi siswa dilakukan, terutama yang di halaman sekolah, saya selalu ikut mendampingi dan berusaha bergerak dari satu siswa ke siswa yang lain. Ini saya lakukan dalam rangka melihat menu sarapan mereka.
Dan, saya menemukan fenomena yang perlu mendapat perhatian serius, khususnya oleh orangtua siswa. Yaitu, sangat sedikit siswa yang menu sarapan bersama di sekolah ada sayurnya.
Padahal, sayur sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hal yang paling sederhana sering diungkapkan oleh banyak orang, misalnya, agar dapat buang air besar (BAB) secara lancar dan rutin sangat dibutuhkan asupan sayur dalam tubuh.
Tentang ini saya membuktikan sendiri. Banyak makan sayur, BAB mudah dan rutin secara berkala teralami. Rasanya enak. Perut tak terasa penuh. Sehingga, sangatlah terdukung penuh ketika melakukan aktivitas.
Silakan mencoba jika ingin merasakan hal yang seperti saya rasakan! Sekaligus ini kampanye mengonsumsi sayur, yang mudah didapat dan sangat terjangkau oleh siapa pun, baik masyarakat ekonomi rendah, menengah maupun tinggi.
Sayur, khususnya sayur hijau, berdasarkan catatan di portal Kemenkes, berfungsi untuk 1) menjaga kesehatan jantung; 2) sumber antioksidan; 3) menjaga berat badan ideal.