Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Qanita Zulkarnain
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Tes Sidik Jari dari Sudut Pandang Psikologis

Kompas.com - 30/09/2024, 22:34 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Well, perlu kita semua ketahui bahwa banyak tes psikologi yang bagus justru harganya memang mahal karena pengembangannya juga membutuhkan banyak sumber daya.

Namun, tes-tes tersebut dipublikasikan di banyak publikasi yang bagus. Justru semakin banyak publikasi ilmiah tentang alat tes tertentu akan menaikkan harga jualnya karena berarti tes tersebut valid dan reliabel ketika penelitian direplikasi.

2. Puncak Pseudoscience 

Perusahaan yang menjual tes sidik jari sering kali menggunakan istilah yang terdengar ilmiah seperti "pemetaan otak" atau "analisis saraf" untuk membuat layanan mereka tampak sah. 

Namun, istilah-istilah ini tidak memiliki dasar dalam psikologi atau ilmu saraf yang sebenarnya. Klaim bahwa sidik jari mengungkap bakat terpendam atau gaya belajar berakar pada pseudosains, bukan data.

Kenapa sebaiknya kita memilih tes yang sudah terbukti ilmiah? Singkatnya ya supaya hasilnya terjamin benar.

Perlu kita semua sadari bahwa yang dibahas dalam psikologi adalah hal-hal yang tidak terlihat (kita tidak bisa lihat wujud kecerdasan, tapi kita bisa mengetahui orang cerdas ketika dia bisa membuktikan bahwa dia mampu menyelesaikan tugas tertentu).

Oleh karena itu akan sangat rawan bagi kita untuk mempercayai sesuatu yang mungkin tidak ada dalam diri kita atau bukan merupakan bagian dari diri kita.

Nah, tes psikologi yang bagus dan yang terbukti secara ilmiah bisa menjamin bahwa hasilnya sangat mendekati kondisi kita yang sebenarnya, jika dilakukan dengan tepat dan diinterpretasikan oleh ahlinya.

3. Hasil yang Tidak Dapat Diandalkan dan Tidak Tervalidasi

Tes psikometrik yang dapat diandalkan, seperti The Big Five atau Tes IQ seperti WISC, dibangun berdasarkan penelitian bertahun-tahun, kumpulan data besar, dan validasi statistik. Tes ini dirancang untuk memberikan hasil yang konsisten dan dapat diulang di berbagai populasi dan konteks. 

Namun, tes sidik jari tidak memiliki ketelitian seperti ini. Hasilnya sering kali tidak konsisten, yang mengarah pada interpretasi yang berbeda tergantung pada perusahaan atau individu yang menyelenggarakan tes.

Lebih parahnya lagi, tes ini dapat menyebabkan orang mengembangkan pemahaman yang salah tentang kemampuan dan kekurangan kita, yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan dalam pendidikan, karier, atau pengembangan pribadi. 

Hasil yang menyesatkan atau tidak dapat diandalkan dapat mencegah kita mencapai potensi sejati kita hanya gara-gara informasi yang salah.

4. Eksploitasi Finansial

Tes sidik jari tidak hanya meragukan secara ilmiah --tetapi juga merupakan jebakan finansial. Banyak perusahaan mengenakan biaya selangit untuk penilaian ini, sering kali dengan kedok menawarkan "wawasan khusus" atau "laporan khusus" berdasarkan sidik jari Anda. 

Biayanya dapat berkisar dari ratusan hingga jutaan rupiah untuk apa yang pada dasarnya merupakan kuis kepribadian yang dilebih-lebihkan yang tidak memiliki kredibilitas ilmiah.

Perlu kita semua pahami bahwa aspek psikologis dalam diri kita bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak hal. Ada yang bersifat genetik dan jauh lebih banyak yang dipengaruhi oleh lingkungan yang terpapar selama kita hidup dari lahir sampai di usia sekarang. 

Misal, kecerdasan yang diklaim diturunkan oleh ibu secara genetik pun ternyata tidak bisa menjadi satu-satunya faktor keberhasilan seseorang. 

Manusia itu kompleks, dan untuk memahaminya juga butuh pendekatan yang bisa jadi unik pada setiap orangnya. 

Permasalahan yang sama pun bisa jadi akan berbeda penyelesaiannya. Masalahnya, untuk menentukan "apa masalahnya" kita mungkin membutuhkan alat tes psikologi.

Lalu, bagaimana tes yang baik?

Psikometri 101: Bagaimana Tes yang Baik?

Dalam psikometrika, nilai validitas dan reliabilitas adalah dasar dari setiap tes yang bagus. Validitas adalah tingkat di mana tes mengukur apa yang diklaimnya untuk diukur. 

Misalnya, tes kecerdasan harus secara akurat mencerminkan kemampuan intelektual, bukan pola acak seperti sidik jari. Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil tes dari waktu ke waktu. 

Jika kita mengikuti tes beberapa kali, hasilnya harusnya akan stabil. Jika tidak stabil maka cek lagi apakah tes yang digunakan adalah tes yang bagus atau bogus.

Alat tes yang baik, seperti tes IQ, inventaris kepribadian, dan tes bakat, dibangun berdasarkan penelitian selama puluhan tahun, analisis statistik, dan validasi di berbagai populasi. 

Tes-tes tersebut telah terbukti dapat memprediksi hasil seperti kinerja pekerjaan, prestasi akademik, dan kesehatan mental secara akurat.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau