Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
"Masak sendiri saja kan cuma masak oblok-oblok dan uraban," kata saya ketika suami memberi tahu kalau hari Jumat 20/09/2024 akan mendirikan rumah.
Tradisi Ngedekne Rumah
Mendirikan rumah atau ngedekne merupakan tahapan pembangunan rumah. Pada tahap ini tukang akan naikkan molo (kayu jati besar) paling atas pada kuda-kuda rumah.
Pada tahap ngedekne pemilik rumah akan mengadakan tasyakuran atau selamatan. Tradisi ini sebagai wujud syukur karena rumah hampir selesai.
Jika tidak cukup dana setelah genteng naik, rumah bisa ditempati. Selain itu, selametan sebagai pengiring doa pada pekerja agar pekerjaan lancar tidak terjadi kecelakaan.
Ngedekne selain mengadakan syukuran dengan makan-makan, pada malam harinya kerabat, tetangga juga pekerja akan melekan hingga pukul 02.00 atau lebih. Selain itu tetangga minimal satu RT akan nyumbang berupa beras, mie, gula dan uang seikhlasnya.
Aneka makanan khas disajikan tuan rumah untuk bergadang, seperti jadah ketan, es dawet, wajit dan makanan lain.
Tujuan lain dari melekan adalah menjaga kayu. Konon dahulu kayu yang digunakan untuk membangun rumah adalah jati asli. Kita tahu harga kayu jati mahal. Jika sampai hilang bisa rugi jutaan satu batang. Sekarang jarang orang menggunakan kayu jati setelah ada baja ringan dan atap spandek/galvalum.
Ritual ngedekne dilanjutkan esok pagi. Sekitar pukul 07.00 tuan rumah menyajikan sarapan ayam panggang, uraban, oblok-oblok, sayur nangka. Sebelum para pekerja memulai pekerjaannya atau menaikkan kayu jati, ada ritual.
Ritual ngedekne rumah adalah istri tuan rumah menaburkan dan menyapu air bunga ke atas kayu dengan sapu lidi di bagian rumah depan. Lalu melangkahi kayu tersebut beberapa kali. Kayu tersebut diberi bendera (bendera (diikatkan) dan ditancapi anting emas minimal 0,5 gram.
Saya sempat melaksanakan tradisi ini pada tahun 2011 ketika membangun rumah yang sekarang ditempati. Konon jika melaksanakan ritual tersebut rumah ada cahayanya atau pamor. Wallahu a'lam.
Sekarang kami membangun galeri di belakang rumah. Runtutan tradisi ngedekne tidak dilaksanakan lagi. Bukan hendak menghapus tradisi, tetapi sesuatu yang kurang mendatangkan manfaat diubah dengan yang lebih manfaat, seperti tabur bunga ke atas kayu dan melekan.
Bergadang hingga pagi akan mengganggu kesehatan apalagi untuk pekerja yang harus naikkan kayu. Jika kurang tidur pekerja akan pusing dan bisa terjadi kecelakaan.
Kami tetap mengadakan doa bersama dan sodakohan dengan membagikan makan kepada kerabat dan tetangga dekat.
Masakan yang disajikan lebih sederhana, yakni ayam panggang, uraban dan oblok-oblok. Siang hari saya menyajikan soto ayam, ayam goreng dan jajanan pasar yang dipesan untuk teman ngopi.