Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Chemistry mertua menantu bak topik yang selalu dianggap angin lalu, kehadirannya penting, namun sering kali dikesampingkan.
Padahal kebahagiaan sesungguhnya adalah mendapatkan pasangan yang dicintai dan mertua yang memiliki chemistry yang sama.
Sebenarnya tidak kali ini saja, banyak lho contoh dari berbagai hubungan mertua menantu yang tidak baik dan pada akhirnya berujung pada perceraian.
Hubungan mertua dan menantu adalah salah satu hal yang paling penting dalam kebahagiaan rumah tangga. Jadi jika memang ingin bahagia paripurna, ya jangan lupakan kebahagiaan mertua juga.
Kadang kala banyak pasangan yang saya katakan egois atau menolak kenyataan. Mereka lupa bahwa ketika menikah, masing-masing pasangan juga punya orangtua masing-masing yang pastinya punya ego masing-masing.
Jangan dengan dalih karena saling cinta kita melewatkan sebuah bab dari babak baru pernikahan, yaitu chemistry mertua menantu!
Kesan Pertama itu Penting
Jangan lupakan kesan awal dan jangan sok-sok an melupakan kesan awal saat pertama kali bertemu dengan calon mertua.
Bukan lagi "pasangan bahagia kita bahagia", tapi ini juga penting, "mertua bahagia, keluarga bahagia".
Bagaimanapun, keadaan mertua menjadi salah satu sumber kebahagiaan dan keutuhan pasangan suami istri.
Ingat bahwa pasangan kita, atau kita sendiri bagi yang telah bersuami dan beristri, kita adalah anak-anak dari para orang tua yang saat ini disebut sebagai mertua. Apa jadinya jika di awal pertemuan saja sudah tidak "klik".
Kalau ditanya kenapa tidak klik dengan calon menantu saat awal bertemu, pasti akan banyak jawaban dengan beraneka ragam yang mungkin bagi kita tidak masuk akal.
Tapi ingatlah, para mertua bisa saja cemburu dengan kehadiran kita. Kecemburuan ini bukan tanpa arti, wajar saja, sebab dari kecil hingga dewasa calon pasangan kita ini adalah putra atau putri kesayangan mereka.
Eh tiba-tiba ada kita yang seolah meminta anak mereka untuk kita jadikan pasangan sebagai suami atau istri, kebayang kan gimana rasanya?
Maka wajar jika mereka merasa punya hak prerogatif untuk pilih-pilih mantu. Berharap saja semoga saat pertemuan pertama ada klik yang terjadi. Kalau sudah gini, baru bisa lanjut.