Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Jadikan Sekolah sebagai Penjaga Bahasa Daerah

Kompas.com - 31/10/2024, 09:45 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kegiatan ini bisa dikemas dalam berbagai bentuk lomba yang berfokus pada bahasa daerah, seperti lomba pantun, puisi, esai, jurnalistik, atau film pendek yang mengangkat tema lokal dengan menggunakan bahasa ibu masing-masing. 

Selain itu, upacara bendera juga bisa dilaksanakan dalam bahasa daerah, tidak hanya sebagai bentuk pembiasaan tetapi juga untuk menunjukkan komitmen sekolah dalam menjaga dan merayakan kekayaan bahasa lokal. 

Melalui hal ini, siswa akan merasakan kedekatan dengan budaya mereka sendiri, sehingga menumbuhkan rasa bangga dan identitas yang kuat.

Sekolah juga dapat mempertimbangkan untuk membuka ekstrakurikuler khusus untuk bahasa daerah, di mana siswa dapat belajar lebih dalam tentang budaya dan bahasa mereka. 

Tentu saja, persiapan yang matang sangat diperlukan, termasuk ketersediaan guru yang kompeten dalam mengajar bahasa daerah dan rencana tindak lanjut dari kegiatan ekstrakurikuler ini untuk memastikan keberlanjutannya.

Pada akhirnya, sekolah seharusnya tidak kehabisan akal dalam melestarikan bahasa daerah.

Ketika merancang dan melaksanakan program-program yang inovatif dan menarik, sekolah tidak hanya berperan sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai agen perubahan yang aktif dalam menjaga warisan budaya bangsa. 

Dengan langkah-langkah konkret ini, diharapkan bahasa daerah dapat terus hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi yang semakin deras.

Wasana Kata

Karena tidak terbiasa, akhirnya timbul rasa malu. Karena malu, timbul rasa enggan untuk bertutur. Dan karena tidak bertutur, akhirnya bahasa itu punah. Begitulah kira-kira proses punahnya bahasa daerah yang kita saksikan saat ini. 

Sebagai masyarakat, kita perlu menyadari bahwa pelestarian bahasa daerah bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga proyek bersama yang seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintahan Prabowo-Gibran. 

Ini perlu menjadi program berkelanjutan yang diperhatikan setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan.

Sebab, bahasa adalah identitas budaya kita yang mengandung berbagai norma moral dan kearifan lokal yang berharga.

Sebagai contoh, dalam bahasa Jawa terdapat kata ganti njenengan, sampeyan, dan kowe, yang semuanya berarti "kamu" dalam bahasa Indonesia

Namun, masing-masing kata tersebut memiliki tingkatan penghormatan yang berbeda. Njenengan digunakan untuk orang yang sangat dihormati, sampeyan untuk seseorang yang setara dan patut dihormati, dan kowe untuk orang yang akrab atau lebih muda. 

Penggunaan bahasa daerah seperti ini bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk menunjukkan rasa hormat, menjaga hubungan, dan memelihara harmonisasi dalam kehidupan sosial. 

Dengan memahami dan menggunakan bahasa daerah, kita tidak hanya merawat warisan budaya, tetapi juga menanamkan nilai-nilai penghormatan dalam interaksi sehari-hari.

Ketika bahasa daerah mulai hilang, potensi degradasi moral dan nilai-nilai budaya ikut terancam. Bahasa memiliki kekuatan untuk memanusiakan manusia, mengajarkan kita untuk menghargai yang lebih tua, menghormati yang setara, dan menyayangi yang lebih muda. 

Oleh karena itu, pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah, bagaimana jika bahasa daerah benar-benar punah? 

Apakah kita siap kehilangan identitas sekaligus kearifan yang sangat berharga bagi generasi mendatang? 

Sekolah memiliki peran penting dalam memastikan bahasa dan nilai budaya ini tetap hidup dan diwariskan, sebagai penjaga bahasa daerah.  

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Sekolah Sang Penjaga Bahasa Daerah"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau