Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Untuk meruntuhkan gap, maka membuka ruang diskusi yang membangun bisa jadi solusi. Karena dalam forum diskusi inilah bagaimana ide dan gagasan bisa saling bersumbangsih.
Forum diskusi ini juga jadi sarana kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam lingkungan kerja, dari ruang diskusi ini lah siapa tahu kedepan bisa menghasilkan ide briliyan bagi kemajuan kantor.
Ketiga, feedback yang konstruktif bukan kritik yang destruktif.
Kesalahan mendasar yang terjadi di kantor adalah ketika feedback yang diberikan kepada gen z adalah kritik yang destruktif bahkan menjurus toxic.
Justru feedback yang begini inilah yang akan mendampaki etos kerja gen z, inilah yang akhirnya timbul rasa saling menyebalkan, gen z sebal sama kantor, dan kantor sebal dengan gen z.
Nah, solusinya adalah feedback yang konstruktif, kalau memang ada yang perlu dievaluasi ya diterapkan dengan bijak, jangan semenjana mengkritik habis itu muncul punishment. Tentu saja suasananya akan semakin kisruh.
Jadi iya itu tadi, feedback yang konstruktif yang diterapkan, sehingga gen z justru semakin aware dengan dirinya sendiri dalam bekerja.
Keempat, fleksibilitas lingkungan kerja.
Nah, kekakuan fleksibilitas lingkungan kerja inilah yang juga perlu jadi perhatian. Lingkungan kerja jangan kaku-kaku amat, izin susah misalnya, cuti susah misalnya, teralu birokratif misalnya, micro managing misalnya.
Lebih baik fleksibel saja, menerapkan kolaboratif yang membangun. Sehingga etos kerja gen z jadi terpacu untuk lebih bekerja dengan optimal.
Kelima, jangan abaikan kesehatan mental.
Kesehatan mental dalam lingkungan dan budaya kerja itu memang penting dan memang tidak bisa diabaikan. Sebab ini berdampak pada kejiwaan.
Dimana bila suatu kantor itu lingkungannya dan budaya kerjanya berdampak buruk pada kesehatan mental gen z maka siap-siap ditinggal gen z.
Kesehatan mental tidak bisa dianggap sepele, kita saja kalau tertekan kesehatan mentalnya sangat terasa sekali rasanya pada mental dan kejiwaan, begitu juga kepada gen z. Oleh karenanya, kesehatan mental ini haruslah jadi bagian penting dalam membina gen z.
Nah, itu sih yang berlaku di kantor saya dan menurut saya yang bisa saya sharing.