Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sementara untuk jenis sampah plastik, kertas dan sampah yang tak mudah terurai, mereka pilah dengan baik dan menempatkannya pada kantong-kantong plastik yang telah disediakan.
Ketika saya memandu siswa membuat bread pudding di kelas Home Mechanic & Technology minggu ini, siswa secara aktif membuang dan memilah sampah langsung setelah kelas selesai. Sendok plastik, tempat margarine dan botol air mineral disatukan dalam wadah tersendiri.
Demikian pula dengan sisa bread pudding dan kotak susu, dibuang ke wadah sesuai jenis sampahnya.
Lalu, sampah jenis kemasan plastik dari coklat, tissu makan, sarung tangan plastik dan muffin ditempatkan sebagai sampah umum.
Sisa bread pudding dan margarine yang tak terpakai disatukan untuk dibuang di tempat pembuangan sampah umum.
Sementara sampah lainnya yang telah dipilah akan ditempatkan pada boks-boks sampah yang sesuai fungsinya. Sampah umum akan langsung ke pabrik pengolahan sampah sementara sampah yang masih bisa didaur ulang dikumpulkan tersendiri.
Pemilahan ini memudahkan petugas kebersihan sekolah untuk menanganinya setelah pembelajaran berakhir.
Aksi nyata yang sama juga dilakukan siswa di lingkungan sekolah dan di dalam kelas mereka masing-masing.
Sebelum kembali ke rumah, siswa mengangkut semua sampah yang telah dipilah ke tempat pengumpulan sampah sekolah. Secara tidak langsung, ada simbiosis mutualisme antara kedisiplinan membuang dan memilah sampah dengan ketepatan pengelolaan sampah.
Pemanfaatan waktu untuk memindahkan sampah dari lingkungan sekolah sangat singkat. Terhitung 42 kelas ditambah ruang guru, ruang kelas inklusif, ruang bimbingan, laboratorium dan ruang praktikum siswa setiap hari mengumpulkan sampah.
Tak pernah terlihat sampah menumpuk di halaman sekolah. Semua sampah telah dipaketkan dalam kantong plastik menurut jenisnya. Keren kan!
Pelajaran berharga dari pengalaman saya mengajar di sekolah Korea Selatan ini adalah perlu ada pembiasaan sejak dini, mulai dari TK, SD, SMP dan seterusnya.
Anak yang telah terbiasa disiplin membuang dan memilah sampah, ternyata membawa dampak baik ketika ia bertumbuh.
Saya pun banyak mendapati siswa yang mengantongi sampah bungkus permen dan snack. Mereka baru mengeluarkannya ketika bertemu tempat sampah.
Ketika anak telah terbiasa, maka sekolah dan guru tak perlu repot teriak-teriak setiap hari memerintahkan siswa membuang sampah.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Urgensi Disiplin Memilah Sampah di Sekolah"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.