Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yulius Roma Patandean
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Yulius Roma Patandean adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Adakah Cara agar Melangsungkan Pernikahan Tanpa Utang?

Kompas.com, 30 November 2024, 19:56 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pernikahan merupakan satu tahapan perjalanan kehidupan bagi sepasang manusia yang telah sepakat membangun rumah tangga baru. Melalui pernikahan pula akan terjalin hubungan harmonis di antara dua jaringan keluarga besar. 

Menjalani sebuah acara pernikahan meriah dan berkesan tentunya pula menjadi impian semua pasangan yang ingin membentuk rumah tangga baru.

Pada masa lalu saja, para orang tua kita memiliki cerita indah pernikahan mereka. Meskipun rata-rata acara pernikahannya sederhana saja. Usai pemberkatan nikah atau ijab kabul, langsung dilanjutkan dengan resepsi pernikahan sederhana. 

Misalnya, resepsi pernikahan Kristen yang sederhana banyak dilakukan di gedung gereja atau halaman rumah mempelai wanita. 

Hanya saja, konsep resepsi pernikahan 10 tahun yang lalu sudah banyak berbeda dengan konsep serupa masa kini. Dulunya, resepsi pernikahan masih tergolong sederhana dan terjangkau dari sisi biaya. 

Dibandingkan kondisi saat ini, acara pernikahan rata-rata mengikuti konsep selebriti, anak pejabat dan para pesohor publik.

Pesta meriah pernikahan dengan konsep modern penuh kilau lampu&lampu mewah di hotel berbintang boleh dikata sangat marak di Indonesia. 

Tak ada salahnya memang bagi mereka yang memang berasal dari keluarga tajir atau pasangan tersebut memang memiliki kemampuan finansial yang berlebih.

Jadi, itu sah-sah saja menyelenggarakan pesta pernikahan mewah bernilai miliaran rupiah, menghadirkan MC  premium sekelas Raffi Ahmad dan Nagita Slavina hingga pengisi hiburan selevel penyanyi Bunga Citra Lestari. 

Di dunia dengan sistem informasi yang berlangsung serba cepat saat ini, konsep pernikahan di kota dengan di daerah sudah hampir sama. Bahkan pernikahan secara adat di daerah pun bisa menghabiskan dana miliaran rupiah. 

Lalu, bagaimana dengan para generasi milenial yang menjalani pesta pernikahan dengan konsep mewah dan meriah tapi sumber dananya dari kredit? Apakah senyum manis dan tawa bahagia di pelaminan selama sehari bisa menutupi tagihan pinjaman kredit setiap bulan. 

Makin miris ketika biaya pernikahan meminjam kepada teman dekat, kerabat dan keluarga. Minjamnya enteng, tetapi mengembalikannya tak jelas. Mengapa?

Pinjaman kepada teman dan keluarga tak bisa diprediksi kapan mereka memintanya kembali. Kadang dalam waktu hanya seminggu hingga sebulan, mereka memintanya untuk dilunasi. 

Dua kondisi di atas baru saja dialami oleh dua rekan saya yang beberapa waktu lalu menyelenggarakan pesta pernikahan mereka.

Sumber dana pernikahan rekan pertama adalah pinjaman kredit di bank menggunakan SK PPPK. Dengan nilai pinjaman 100 juta dalam waktu 20 tahun, pembayarannya bisa dicicil dan terukur. Tetapi, ya sudah menjadi utang. 

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau