Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sungkowo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Sungkowo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Saatnya Sekolah Menghargai Siswanya yang Bersepeda dan Jalan Kaki

Kompas.com - 30/12/2024, 15:39 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Mereka harus berjuang menghindar dari lalu-lalangnya pengendara, baik pengendara mobil maupun motor. Tak dapat mereka bersepeda dengan bersenda gurau. Mereka harus berjajar satu-satu, beriringan. Sebuah pemandangan yang setiap pagi saya dapat melihatnya.

Dan, ini bentuk menghargai pemakai jalan lain. Agar, mereka pun, baik pengendara mobil maupun motor, juga dapat lancar menempuh perjalanan di jalan milik umum ini.

Sekalipun dalam relasi sosial di masyarakat, pesepeda lebih mendapat kekhususan. Umumnya, pesepeda selalu didahulukan oleh pengguna kendaraan bermotor.

Saat pesepeda berada di traffic light bersama dengan pengendara lain, misalnya, umumnya pesepeda diberi kesempatan berlalu terlebih dahulu saat lampu hijau menyala.

Kelompok siswa yang memiliki ketahanan dalam gaya hidup bersepeda saat pergi-pulang sekolah, dengan demikian, bolehlah dikatakan sebagai penyumbang pelestarian alam sekitarnya.

Kedua, sekolah masih memiliki siswa yang memilih gaya hidup sederhana sekalipun berada pada masa kehidupan yang serba modern.

Tentu pada masanya, sepeda pernah menjadi benda mewah. Tetapi, dalam konteks masa kini, secara umum, sepeda menjadi sarana transportasi yang sederhana.

Maka, ada sebagian orang, termasuk anak-anak, tak mau menaiki sepeda ketika bepergian. Buktinya, kini, mulai banyak dijumpai anak, termasuk anak sekolah, yang sekalipun belum memiliki surat izin mengemudi (SIM), sudah memilih mengendarai motor.

Siswa kami, juga siswa di sekolah lain, yang masih bertahan dalam gaya hidup bersepeda saat pergi-pulang sekolah adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Sebab, mereka tak terpengaruh oleh budaya modern.

Siswa yang berjalan kaki karena lokasi rumahnya tak jauh dari lokasi sekolah termasuk siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi pula. Sebab, mereka tak merasa malu dengan teman-temannya yang diantar jemput oleh orangtua atau kerabatnya. Atau, dengan teman-temannya yang bersepeda. Sebab, berjalan kaki telah menjadi pilihan mereka.

Ini terdukung dengan adanya jalur zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB). Sebab, siswa yang berdomisili dekat dengan lokasi sekolah pasti diterima.

Siswa yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi sekolah, dapat dipastikan berjalan kaki pergi-pulang sekolah.

Sekalipun jumlah mereka lebih sedikit ketimbang yang menaiki sepeda, tetapi mereka pun turut memberi sumbangan positif terhadap pembentukan gaya hidup sederhana di kalangan siswa. Sekurang-kurangnya menjadi teladan terhadap siswa yang lain.

Selain itu, siswa akan mengalami pembelajaran hidup yang lebih nyata sebagai bagian dari masyarakat. Sebab, dengan berjalan kaki, mereka akan membangun komunikasi dengan orang-orang yang kebetulan bertemu atau berpapasan dengannya.

Dan, sangat mungkin sebagian besar orang ini adalah tetangga mereka (sendiri). Dengan begitu, secara lambat laun mereka akan menjadi pribadi yang semakin terbuka dan ramah. Sikap terbuka dan ramahnya dibentuk oleh masyarakat.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau