Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ini berbeda dengan siswa yang lokasi rumahnya dekat dengan lokasi sekolah, tetapi diantar jemput oleh orangtua atau kerabatnya.
Sebab, diantar jemput, apalagi dengan mengendarai motor, sangat kecil kemungkinannya untuk membangun keramahan dan keterbukaan dengan orang-orang yang bertemu atau berpapasan dengannya sekalipun mereka tetangga.
Dengan demikian, sebetulnya sangat dipahami bahwa adanya gejala keramahan dan keterbukaan yang semakin terkikis di kalangan masyarakat, di antaranya, tersebab oleh hal seperti di atas, yaitu gaya hidup berjalan kaki.
Sehingga, tinggal sedikit orang, termasuk siswa, yang dapat bertegur sapa langsung dengan masyarakat sekitarnya.
Ketiga, sekolah memiliki siswa yang sehat. Yaitu, sehat fisik. Sebab, siswa yang bersepeda, juga yang berjalan kaki, sudah melaksanakan olahraga fisik. Dan, sudah disepakati oleh sebagian besar orang bahwa bersepeda dan berjalan kaki menyehatkan.
Kenyataan ini yang barangkali pada masa sekarang bersepeda menjadi gaya hidup. Di mana-mana banyak orang bersepeda. Bahkan, di banyak tempat disediakan jalur sepeda. Sudah pasti ini untuk memberi rasa nyaman dan aman bagi pesepeda.
Andaikan di sepanjang jalan yang menuju ke sekolah, yang masih dilewati oleh banyak siswa yang menggunakan moda sepeda disediakan jalur sepeda, tentu sangat menolong. Rasa nyaman dan aman bagi siswa, juga masyarakat pengguna jalur termaksud, yang menaiki sepeda sangat terjamin.
Karenanya, jalur khusus sepeda tak hanya disediakan bagi pesepeda yang dewasa untuk olahraga, seperti yang sekarang sering kita jumpai. Tetapi, bagi siswa yang masih setia dengan menaiki sepeda saat pergi-pulang sekolah penting juga disediakan.
Khususnya jalur yang menuju ke sekolah, yang siswanya sebagian besar menaiki sepeda. Ini tak hanya memberi rasa nyaman dan aman bagi siswa yang bersepeda.
Tetapi, sangat mungkin menjadi daya tarik bagi siswa yang selama ini diantar jemput oleh orangtua atau kerabat dengan mengendarai motor. Atau, juga menjadi daya tarik bagi siswa yang lainnya.
Apalagi, seperti di atas sudah disebut, bersepeda menyehatkan fisik. Yang, oleh sebagian besar orang, termasuk saya, merasakan dan membuktikan bahwa kesehatan fisik berefek terhadap produktivitas hidup.
Itu sebabnya, sekolah perlu merasa bersyukur jika hingga saat sekarang masih memiliki banyak siswa yang bertahan menaiki sepeda saat pergi-pulang sekolah.
Bahkan kalau memungkinkan, sekolah, baik SMP dan yang sederajat maupun SMA/SMK dan yang sederajat, memang perlu memotivasi seluruh siswanya menaiki sepeda saat pergi-pulang sekolah. Tentu kecuali siswa yang sudah berhak memiliki SIM.
Sebab, siswa SMA/SMK dan yang sederajat ada yang sudah berhak memiliki SIM. Artinya, siswa dalam kategorial ini sudah diizinkan mengendarai motor. Tetapi, jumlah mereka belum banyak. Masih lebih banyak jumlah siswa yang belum diizinkan mengendarai motor.
Oleh karena itu, demi menjaga dan merawat, setidak-tidaknya, lingkungan sekolah dan sekitarnya tetap bersih dan segar.
Selain mengampanyekan siswa bersepeda, sekolah juga mengapresiasi siswa yang selama ini sudah dan masih bertahan menaiki sepeda dan berjalan kaki saat pergi-pulang sekolah.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengapa Sekolah Menghargai Siswa yang Bersepeda dan Berjalan Kaki?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.