Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Satu anggota keluarga terjebak di sebuah desa 100 meter dari pesisir laut. 80% bangunan lenyap dan air laut menutupi rumah-rumah penduduk.
Mayat-mayat bergelimpangan. Sebagian tersangkut di pagar, sebagian terjebak reruntuhan tembok, dan banyak yang tersangkut di kayu-kayu reruntuhan.
Saya melihatnya langsung ketika melewati kawasan Taman Sari menuju lapangan Blang Padang. Seorang pria kakinya terbelah Terkena benda tajam berjalan pelan. Semua berduka, semua kehilangan anggota keluarga.
Suasana begitu mencekam. Hampir semua orang saling silih berganti mencari anggota keluarga yang hilang. Mengecek setiap manyat yang ditemui. Ribuan manyat tergeletak dimana-mana berhari-hari tanpa identitas.
Pesisir barat selatan sulit dijangkau. Jalan terputus, jembatan lenyap, menyebakan pasokan makanan terputus total. Bantuan luar negeri akhirnya datang. Helikopter mulai berdatangan memasok makanan.
Korban-korban selamat didata, anggota keluarga yang hilang bertambah. Semua berduka kehilangan anggota keluarga. Istri kehilangan suami. Anak kehilangan orangtua. Orangtua kehilangan anak dalam genggaman.
Kisah tsunami masih berbekas tajam dalam memori. Banyak anggota keluarga yang belum ditemukan. Sebagian ada yang sudah mengikhlaskan. Tidak ada yang tahu pasti apakah mereka sudah meninggal, atau mungkin terpisah dari keluarga dan berada di tempat lain.
Wajah kota Banda Aceh kini telah berubah. Bangunan baru, jalanan luas, dan kehidupan yang berbeda. Namun, tsunami 2004 selalu dikenang oleh para korban dan mereka yang terlibat.
Musium tsunami di kota banda Aceh menjadi bangunan tempat mengenang kejadian tsunami 2004 silam. Foto-foto bangunan rubuh dan vidio singkat tentang tsunami terpajang di dalamnya.
Sebuah kapal besar bernama Kapal Apung hanya berjarak 2 kilometer dari gedung megah ini. Kapal Apung terbawa gelombang tsunami ke rumah warga. Menyapu setiap rumah yang dilewati. Kini berdiri tegak sebagai saksi keganasan tsunami 26 Desember 2004.
Tulang belulang korban tsunami masih terus ditemukan di berbagai tempat. Sebagian tertimbun di kawasan pemukiman warga. Tahun berganti tahun, nama-nama korban kadangkala terdeteksi dari identitas KTP yang kadang ditemui bersama kerangka saat penggalian fondasi rumah.
20 tahun sudah kisah tsunami terlewati. Esok hari, 26 Desember 2024, Aceh kembali memperingati kejadian tsunami. Mengirim do'a bagi mereka yang sudah mendahului kita semua.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.