Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ludiro Madu
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ludiro Madu adalah seorang yang berprofesi sebagai Dosen. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Antara Kepuasan Publik dan Modal Politik Diplomasi Prabowo

Kompas.com - 31/01/2025, 18:08 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mencapai 80,9 persen dalam 100 hari pertama kepemimpinan mereka.

Angka ini tidak hanya mencerminkan legitimasi politik yang kuat di dalam negeri, tetapi juga berpotensi menjadi modal berharga dalam memperkuat diplomasi Indonesia di kancah internasional.

Capaian ini merupakan hasil dari berbagai kebijakan populis yang telah diimplementasikan sejak awal masa jabatan, termasuk program bantuan pangan dan kesehatan yang menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat.

Keberhasilan dalam mengeksekusi janji-janji kampanye dengan cepat dan terukur telah membangun kepercayaan publik yang substansial.

Hal ini menciptakan momentum positif bagi pemerintahan baru untuk melanjutkan agenda-agenda strategis, baik di tingkat domestik maupun internasional.

Modal Politik dan Diplomasi Aktif

Dengan dukungan domestik yang solid, pemerintah memiliki landasan kokoh untuk menjalankan kebijakan luar negeri yang lebih proaktif dan berpengaruh. 

Joseph Nye, profesor dari Harvard Kennedy School dan pencetus konsep soft power, menggarisbawahi bahwa legitimasi politik domestik yang kuat sebagai modal dasar diplomasi sebuah negara. 

Tingkat kepuasan publik 80,9% terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran merupakan komponen vital dari soft power suatu negara.

Menurut Nye, dukungan publik yang solid terhadap pemerintah meningkatkan daya tarik (attractiveness) sebuah negara di mata internasional. Pada gilirannya memperkuat kemampuan diplomatiknya untuk mempengaruhi negara lain tanpa menggunakan paksaan.

Lalu, Kishore Mahbubani, seorang mantan Diplomat Singapura dan Dekan Lee Kuan Yew School of Public Policy, menyoroti bahwa legitimasi domestik yang kuat memberikan strategic depth dalam diplomasi regional dan global. 

Dalam analisisnya tentang kebangkitan Asia, Mahbubani menekankan bahwa negara-negara dengan dukungan publik yang tinggi, seperti yang saat ini dinikmati Indonesia, memiliki kapasitas lebih besar untuk memainkan peran kepemimpinan regional dan menjadi honest broker dalam konflik internasional.

Modal politik yang kuat memungkinkan pemerintah untuk mengambil inisiatif diplomatik yang lebih berani dan strategis. Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan bahwa Indonesia akan lebih aktif dalam kepemimpinan global, dengan fokus pada isu-isu seperti ancaman konflik, krisis iklim, dan ketidakadilan ekonomi. 

Komitmen ini sejalan dengan amanat konstitusi Indonesia untuk berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia. Kepercayaan publik yang tinggi memberikan legitimasi bagi pemerintah untuk mengadopsi kebijakan luar negeri yang progresif. 

Sebagai contoh, Indonesia dapat memainkan peran lebih besar dalam organisasi internasional seperti BRICS, yang menawarkan platform alternatif bagi negara berkembang untuk menyuarakan kepentingannya. 

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau