Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ikan air tawar ini selain dijual dalam bentuk segar untuk memenuhi kebutuhan warga di Subang dan daerah-daerah sekitarnya, juga diawetkan dalam bentuk ikan asin. Ikan asin nila banyak peminatnya.
Sayangnya belum banyak inovasi untuk produk ikan air tawar ini. Misalnya diolah dalam bentuk pepes, sambal, kerupuk, pakan ternak untuk durinya, dan sebagainya.
Namun rupanya sudah ada yang memulai untuk memanfaatkan hasil budidaya air tawar seperti keripik ikan nila, abon ikan nila, dan sambal ikan teri. Produk ini mulai dikenal, hanya pemasarannya belum meluas dan belum banyak dikenal.
Mudah-mudahan Pemda dan pihak swasta melirik potensi tersebut sehingga banyak warga Subang yang makin sejahtera dengan budidaya air tawar yang berbasis lingkungan. Juga tentunya diharapkan membuka peluang lapangan pekerjaan.
Bagaimana dengan Ikan Laut?
Subang juga memiliki daerah pesisir yang juga umum disebut Subang wilayah pantura, seperti Blanakan, Pamanukan, dan Legonkulon. Di sini juga banyak tambak dan kampung nelayan. Dari tambak dihasilkan udang, bandeng, dan nila salin.
Sedangkan nelayan Subang pantura umumnya menangkap ikan seperti ikan layang, tongkol, kembung, dan teri. Ikan-ikan tersebut dijual segar juga diawetkan.
Produk ikan Subang di antaranya dibuat bakso ikan laut alias kamaboko. Juga ada yang mulai menjual ikan lapan crispy dengan varian orisinil, pedas, keju, dan barbeque.
Ikan presto seperti bandeng presto juga ada meski masih kalah populer dengan bandeng presto Semarang. Oh iya juga ada pindang ala Subang. Kreatif ya.
Pindang Ikan Ala Subang
Aku baru mengenal pindang ikan ala Subang ketika bibi dari pihak pasangan mengajakku belanja pindang ikan mumpung penjualnya sebentar lagi akan berkeliling.
Gaya penjual kelilingnya beda dengan penjual ikan pindang alias ikan cue di Jakarta. Ia bukan tukang sayur, melainkan penjual khusus pindang Subang dengan bersepeda motor dan empat panci besar isi ikan di kanan kiri motor.
Ada berbagai jenis pindang ikan yang dijualnya, yakni ikan salem besar, ikan salem kecil, tongkol, dan juga ikan deles alias ikan layang.
Nah, bedanya dengan ikan pindang atau ikan cue pada umumnya, ikan-ikan ini tak hanya diberi garam dan dikukus lama, melainkan dibumbui dengan berbagai rempah, lalu dimasak dengan teknik tertentu selama berjam-jak hingga matang dan bisa tahan lama.
Bumbu pindang ikan Subang cukup banyak. Ada bawang merah, bawang putih, daun salam, lengkuas, serai dan masih banyak lagi.
Pindang ikan ini sudah matang, jadi sebenarnya bisa tinggal dihangatkan. Paling enak sih digoreng agak kering lalu disantap dengan tumis sayuran atau sayur asem dan sambal pedas.
Harga pindang ikan Subang masih relatif terjangkau. Tiga pindang mungil dihargai Rp10 ribu. Yang besar bisa Rp10ribu atau Rp25 ribu dapat dua. Kalian juga bisa menawar kok. Beli banyak juga biasanya dapat bonus.
Pindah ikan ini cukup tahan lama asal ditaruh di kulkas. Kalau di suhu ruangan maksimal tahan dua harian
Oh iya ada kampung tersendiri yang mengolah ikan pindang ala Subang. Namanya Kampung Blok Pindang. Umumnya ada di Pagaden, Subang. Kalian bisa membeli ikan pindang yang baru matang di sini.
Wah perikanan bisa jadi sektor unggulan ya di Subang. Semoga makin banyak inovasi dan warga Subang makin sejahtera.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Banyak Empang dan Tambak di Subang, Perikanan Jadi Salah Satu Sektor Unggulan?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.