Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sungkowo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Sungkowo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?

Kompas.com - 29/05/2025, 20:45 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Terkait dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB), yang kini diubah menjadi seleksi penerimaan murid baru (SPMB), misalnya, pernah diberlakukan bahwa siswa dalam zona tak boleh mengambil Jalur Prestasi di dalam zonanya, tetapi harus di luar zona.

Di daerah saya dan keluarga berdomisili, kebijakan ini hanya berlaku satu tahun. Sebab, pada tahun ajaran berikutnya, siswa dalam zona boleh mengambil Jalur Prestasi di dalam zonanya.

Jadi, siswa yang gagal diterima melalui Jalur Zonasi, masih boleh mengambil Jalur Prestasi, meskipun di dalam zonanya.

Pemberlakuan kebijakan ini bukan mustahil berlaku juga di daerah lain. Hanya lama keberlangsungannya dapat saja berbeda. Sebab, setiap daerah memiliki konteks yang berbeda.

Di beberapa daerah, termasuk di daerah kami berdomisili, sudah dilangsungkan penandatanganan Pakta Integritas SPMB 2025 yang obyektif, transparan, akuntabel, berkeadilan, dan tanpa diskriminasi.

Para pejabat daerah, di antaranya adalah Bupati, Wakil Bupati, Kajari, Kapolres, Kepala Dinas Pendidikan, Dandim, dan Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi.

SPMB yang obyektif, transparan, akuntabel, berkeadilan, dan tanpa diskriminasi yang pada tahun ajaran 2025/2026 diberlakukan memuat perubahan kalau dibandingkan dengan PPDB yang diberlakukan selama ini.

Salah satunya adalah adanya Jalur Domisili sebagai penyempurnaan Jalur Zonasi yang pada era PPDB ditengarai banyak kelemahannya.

Tentu membutuhkan peran positif dan konstruktif banyak pihak untuk mewujudkan SPMB yang obyektif, transparan, akuntabel, berkeadilan, dan tanpa diskriminasi.

Hanya dengan cara bekerja sama yang saling mendukung dan melengkapi dari banyak pihak inilah, akhirnya diperoleh kenyamanan bagi semua, baik masyarakat, sekolah, maupun pemerintah.

Dengan begitu, dalam hal yang dimaksud tak ada perubahan lagi. Program atau kebijakan ini tetap dapat diberlakukan meskipun berada dalam era kepemimpinan yang berbeda. Artinya, pemimpin era baru masih memberlakukan karya pemimpin era sebelumnya.

Kalau demikian yang terjadi, seloroh dalam dunia kependidikan “ganti menteri ganti kebijakan” tak mungkin terdengar di telinga kita.

Tetapi, kalau hingga sekarang kadang masih terdengar seloroh semacam ini dapat menjadi tanda bahwa masyarakat masih menghadapi adanya perubahan-perubahan termaksud.

Yang melegenda adalah adanya perubahan kurikulum. Kurikulum Nasional, yang ditetapkan dari Kurikulum Merdeka oleh pemerintah sejak tahun ajaran 2024/2025, ternyata sejak Kabinet Merah Putih muncul istilah yang dekat dengan kurikulum, yaitu Deep Learning.

Dengan munculnya istilah ini, suara yang berkembang secara cepat di masyarakat adalah kurikulum yang sudah digunakan segera akan diganti.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau