Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tupari
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Tupari adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pasar Way Halim, SNI-nya Pasar Tradisional

Kompas.com - 28/09/2025, 10:58 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Transformasi Pasar Way Halim tidak berhenti pada kebersihan dan tata letak. Pemerintah Kota Bandar Lampung bersama Kementerian Perdagangan juga menyiapkan fasilitas ramah disabilitas—jalur landai, toilet aksesibel, hingga rambu evakuasi khusus—agar pasar ini benar-benar nyaman bagi semua kalangan.

Bagi generasi muda, wajah baru pasar ini juga membuka peluang baru. Pasar Way Halim diarahkan sebagai pusat aktivitas UMKM, pelatihan, dan ajang inovasi anak muda. Pasar ini tidak lagi sekadar tempat transaksi, tetapi laboratorium sosial-ekonomi yang memberi pengalaman nyata tentang wirausaha dan kreativitas.

Denyut Ekonomi Lokal

Pasar Way Halim adalah etalase bagi produk-produk lokal Lampung: sayuran petani sekitar, ikan dari nelayan tradisional, daging dari peternak, hingga produk olahan rumah tangga.

Dengan sertifikat SNI, produk-produk ini dipasarkan dalam lingkungan yang lebih bersih dan terkelola, meningkatkan kepercayaan pembeli sekaligus mendukung ekonomi lokal.

Tak hanya itu, citra pasar rakyat pun ikut terangkat. Masyarakat kelas menengah yang dulu enggan ke pasar kini mulai kembali melirik.

Pasar ini menjadi bukti bahwa pasar tradisional yang kuat mampu menjaga sirkulasi ekonomi lokal tetap hidup.

Naik Kelas tanpa Kehilangan Identitas

Pasar Way Halim mengirim pesan penting: pasar tradisional bisa bersaing dengan retail modern. Dengan standar kebersihan, keamanan, dan kenyamanan yang terpenuhi, pasar rakyat menawarkan hal yang tak dimiliki supermarket—kehangatan interaksi sosial.

Di sini, pembeli masih bisa tawar-menawar, bercengkerama dengan pedagang, atau bertukar kabar tentang keluarga. Nilai-nilai ini membuat pasar tradisional lebih dari sekadar ruang ekonomi; ia adalah ruang kebudayaan yang memelihara ikatan sosial masyarakat.

Meski sudah ber-SNI, ada pekerjaan rumah yang masih disempurnakan—pengelolaan sampah dan sistem hydrant pemadam kebakaran misalnya.

Namun dibanding beberapa tahun lalu, kemajuan yang dicapai sangat signifikan. Pemerintah daerah bersama pengelola pasar terus mendorong perbaikan agar Pasar Way Halim bisa menjadi model bagi pasar-pasar lain di Lampung dan Indonesia.

Refleksi: Belanja dengan Nilai Tambah

Bagi sebagian orang, datang ke Pasar Way Halim mungkin hanya rutinitas belanja harian. Namun di balik aktivitas sederhana membeli ikan, menggiling daging, atau membawa pulang kopi giling, tersimpan nilai besar tentang transformasi pasar rakyat.

Pasar ini membuktikan bahwa belanja di pasar tradisional tidak harus identik dengan ketidaknyamanan. Dengan komitmen dan standar yang jelas, pasar rakyat bisa hadir dengan wajah baru, menjadi kebanggaan kota sekaligus motor penggerak ekonomi lokal.

Pasar Way Halim bukan hanya pasar rakyat biasa. Ia adalah ikon baru Bandar Lampung yang berstandar nasional—contoh nyata bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan.

Bagaimana menurut Anda? Sudah siapkah kita kembali meramaikan pasar rakyat dan menikmati pengalaman belanja yang lebih manusiawi sekaligus membanggakan?

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pasar Way Halim, Wajah Baru Pasar Tradisional dengan Standar Nasional Indonesia"

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Pasar Way Halim, SNI-nya Pasar Tradisional
Pasar Way Halim, SNI-nya Pasar Tradisional
Kata Netizen
Mengenang Masa-masa Jadi Pustakawan ketika Masih SMP
Mengenang Masa-masa Jadi Pustakawan ketika Masih SMP
Kata Netizen
Tren Foto Bareng Idola Pakai AI, Apa yang Dicari?
Tren Foto Bareng Idola Pakai AI, Apa yang Dicari?
Kata Netizen
Bagaimana Membuat dan Merawat Perpustakaan Mini di Rumah?
Bagaimana Membuat dan Merawat Perpustakaan Mini di Rumah?
Kata Netizen
Jika Siskamling Lewat Balai Warga Diaktifkan, Siapkah Lingkunganmu?
Jika Siskamling Lewat Balai Warga Diaktifkan, Siapkah Lingkunganmu?
Kata Netizen
Ironi Pekerja Loyal, Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Ironi Pekerja Loyal, Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kata Netizen
Cerita Pengurus RT Menghidupkan Ronda Malam
Cerita Pengurus RT Menghidupkan Ronda Malam
Kata Netizen
Kita Belajar untuk Apa dan Siapa?
Kita Belajar untuk Apa dan Siapa?
Kata Netizen
Vaksinasi Rabies pada Hewan Kesayangan, Perlu?
Vaksinasi Rabies pada Hewan Kesayangan, Perlu?
Kata Netizen
Meja Makan Keluarga yang Kini Sunyi
Meja Makan Keluarga yang Kini Sunyi
Kata Netizen
Melihat Kehidupan 24 Jam di Pasar Jati Mulyo
Melihat Kehidupan 24 Jam di Pasar Jati Mulyo
Kata Netizen
Masihkah Menantu PNS Jadi Pekerjaan Idola Mertua?
Masihkah Menantu PNS Jadi Pekerjaan Idola Mertua?
Kata Netizen
Perjalanan Seorang Ibu Tunggal: Tiga Anak, Satu Pelukan
Perjalanan Seorang Ibu Tunggal: Tiga Anak, Satu Pelukan
Kata Netizen
5 Cara Menikmati Macet a la 'Working Mom'
5 Cara Menikmati Macet a la "Working Mom"
Kata Netizen
Kebaikan Kecil yang Saya Temukan di Trans Jogja
Kebaikan Kecil yang Saya Temukan di Trans Jogja
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau