
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kurikulum yang Lentur dan Berpihak pada Murid
Penyesuaian kurikulum di SLB bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan. Adaptasi dilakukan ketika materi pembelajaran masih relevan, tetapi perlu disampaikan dengan cara yang berbeda.
Simplifikasi diterapkan saat kompetensi terlalu kompleks dan perlu disederhanakan tanpa menghilangkan esensinya.
Sebaliknya, eskalasi diberikan kepada murid dengan kecerdasan atau bakat istimewa agar mereka tetap tertantang dan berkembang secara optimal.
Substitusi dilakukan jika suatu kegiatan perlu diganti dengan bentuk lain yang lebih fungsional atau mudah diakses.
Sementara omisi diterapkan pada kompetensi yang secara realistis tidak memungkinkan dicapai oleh murid dengan kebutuhan khusus tertentu.
Setiap anak memiliki jalur belajarnya sendiri. Peran guru adalah memastikan jalur tersebut selaras dengan kemampuan dan perkembangan murid, bukan memaksakan mereka mengikuti jalur yang sama.
Materi Berbeda, Penilaian pun Berbeda
Ketika materi yang dipelajari berbeda, maka penilaiannya pun mengikuti. Murid yang sedang belajar mengenal angka mungkin dinilai melalui kegiatan mencocokkan benda.
Murid lain yang sudah belajar penjumlahan sederhana bisa diuji melalui simulasi atau tes tertulis. Sementara murid dengan hambatan lebih berat mungkin dievaluasi dari respons sederhana terhadap rangsangan visual atau auditori.
Dalam pendidikan khusus, tidak ada satu standar untuk semua. Yang ada adalah standar untuk setiap anak, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Ketika Emosi Menjadi Pertimbangan Utama
Tantrum, kecemasan, atau kelelahan sensori bukanlah hal yang asing dalam proses penilaian di SLB. Ketika hal ini terjadi, guru tidak melihatnya sebagai kegagalan, melainkan sebagai sinyal bahwa anak membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Penilaian dapat dihentikan sementara, dialihkan ke aktivitas yang lebih menenangkan, dipindahkan ke ruang yang lebih kondusif, atau bahkan ditunda ke hari berikutnya.
Kenyamanan emosional murid menjadi prioritas utama, karena penilaian semestinya tidak menambah beban psikologis anak.