Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Qatar, terutama Doha menjadi lebih dikenal dunia karena menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 yang baru berakhir, beberapa waktu lalu.
Meski performa timnas mereka belum sesuai harapan karena harus angkat koper lebih awal karena belum bisa meraih poin di fase grup.
Meski begitu, kota Doha tetap menjadi kota yang menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi. Doha merupakan kota yang relatif baru sebagai tujuan wisata, jika dibandingkan dengan kota-kota di kawasan Timur Tengah lainnya, seperti Dubai, Abu Dhabi, dan Jeddah.
Saat berkunjung ke sana, saya dan mengunjungi wilayat Souq Waqif. Tujuan destinasi pertama adalah ke monumen yang berada di Al Courniche, tepat di seberang Souq Waqif Park.
Monumen yang dituju bernama The Pearl Monument yang berbentuk seperti oyster atau tiram raksasa yang terbuka dan ada sebuah mutiara di dalamnya.
Mutiara yang terdapat di The Pearl Monument tersebut adalah gambaran bawah Qatar memiliki industri mutiara sejak zaman dulu dan mutiara juga merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat Qatar.
Masyarakat Qatar mencari mutiara dengan menggunakan cara tradisional tanpa bantuan alat menyelam modern, maka dari itu pekerjaan ini merupakan salah satu pekerjaan yang penuh risiko.
Oleh karenanya, dengan mengunjungi monumen ini kita jadi mengetahui sejarah Qatar di zaman dahulu terkait pencarian mutiara ini.
Di belakang monumen ini, terdapat perahu tradisional khas Timur Tengah. Di wilayah ini juga terdapat sebuah dermaga khusus perahu tradisional ini dengan berbagai fasilitas seperti Doha Skyline View Point untuk menikmati pemandangan pencakar langut kota Doha.
Setelah puas menikmati pemandangan di Monumen Mutiara dan berfoto-foto, saya melanjutkan perjalanan menuju Monumen Kaligrafi.
Sesampainya di monumen ini terlihat kumpulan huruf Hijaiyah yang membentuk ornamen cantik.
"And amongst the sultans I stood out; as a lanneret floating over mountain peaks."
Begitu lah kira-kira bunyi huruf hijaiyah yang ditermahkan dalam bahasa Inggris. Tulisan itu sebenarnya adalah puisi yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Jaseem bin Muhammad bin Thani.
Monumen Kaligrafi yang diresmikan pada tahun 2014 ini dirancang oleh seorang seniman berkebangsaan Inggris, Sabah Arbilli.
Dengan menjelajah monumen ini, pengunjung jadi bisa mengenal lebih jauh tentang Emir Qatar dan puisi-puisinya.