Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ragu Theodolfi
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Kompas.com - 19/10/2024, 20:34 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Berita tentang praktik perjokian di lingkup akademisi, seakan menampar wajah pendidikan di Indonesia: lemahnya pengawasan terhadap praktik terselubung di dalamnya.

Praktik joki ilmiah yang marak diperbincangkan akhir-akhir ini, sesungguhnya sudah terjadi sejak lama. Sang joki, alias penjual jasa, ada yang secara terang-terangan menawarkan jasa pembuatan sebuah karya ilmiah. 

Penawaran sang joki bisa ditemukan dengan mudah melalui selebaran yang ditancapkan pada lokasi strategis, melalui media online dan lain sebagainya.

Jasa joki ilmiah pada akhirnya dimanfaatkan oleh mereka yang "kepepet" dengan berbagai alasan, seperti simbiosis mutualisma antara kedua belah pihak. Sang joki butuh cuan, dan pihak lainnya butuh hasil.

Kejahatan di Balik Praktik Joki Ilmiah di Kampus

Sayangnya, praktek joki ilmiah ini juga justru terjadi di dalam lingkaran kampus. Dilakukan oleh mereka yang menamakan dirinya kaum terpelajar.

Kampus, sebagai tempat yang harusnya bebas dari praktek seperti demikian, masih bisa kecolongan juga.

Kejahatan dapat membungkus dirinya dibalik topeng kebaikan yang ditawarkan.

Perjokian ilmiah di kampus rawan terjadi selama masa penulisan tugas akhir. Umumnya yang jadi korban adalah mahasiswa bimbingan atau yang diuji, dan pelakunya adalah 'orang dekat' si mahasiswa. Bisa pembimbing, juga penguji!

Berbeda dengan perjokian pada umumnya, praktik joki ilmiah di kampus punya embel-embel istimewa. Sang oknum mengerjakan tulisan ilmiah dan si mahasiswa harus memberikan 'balasan' yang setimpal bagi bantuan yang diberikan padanya. Bukan duit, tapi perlakuan 'plus' terhadap si mahasiswa!

Sexting, mengirimkan gambar tak senonoh, cium pipi, kening atau bibir atau bahkan menyentuh bagian tubuh korban adalah bagian dari kejahatan sexual yang terjadi di lingkungan kampus. 

Lantas, mengapa kejahatan ini terus berulang terjadi?

Relasi Kuasa

Relasi kuasa yang terjadi di kampus berpotensi untuk menjadikan bentuk kejahatan ini meluas seolah tanpa batas. Sang predator yang bersembunyi dibalik statusnya sebagai seorang yang terpelajar yang memiliki posisi dominan, dengan mudah melakukan aksinya.

Pada umumnya, yang menjadi korban adalah mahasiswa dengan kemampuan akademik yang terbatas.Hal ini biasanya tidak terjadi begitu saja. Sang predator, telah mempelajari situasi yang ada.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau