Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jika tidak seimbang dengan kenaikan penghasilan tentu akan membuat runyam, kecuali jika Anda membeli barang-barang tidak pakai uang.
Salah satu upaya melindungi keuangan kita agar dapur tetap mengepul adalah mencari lebih banyak uang.
Bisa dari kita yang bekerja lebih keras, atau membuat uang agar bekerja lebih keras.Konsep uang yang bekerja ini bisa kita sebut sebagai dasar investasi.
Bu Sri Mulyani pernah berucap dalam satu momen, bahwa di negara maju itu uang dan aset yang bekerja keras untuk orangnya, sedangkan di tanah air ini banyak uang dan aset yang tidur, malah orangnya yang bekerja keras.
Tapi, di tengah pandemi yang belum usai, konflik geopolitik yang tidak menentu, lalu badai inflasi yang bikin ngeri, kita harus investasi seperti apa?
Dalam investasi, tidak ada yang benar-benar pasti. Misalnya investasi emas, harganya juga bisa naik turun walaupun secara jangka panjang dan secara historis nilainya selalu naik. Karakteristik emas sebagai aset yang memiliki scarcity membuatnya bernilai tinggi.
Tapi kalau saat Anda butuh uang untuk makan atau berobat, ternyata harga emas sedang turun, kan, berujung rugi juga.
Properti juga sama. Malah bisa kadang apes, rumahnya kena banjir atau pas butuh uang tidak laku-laku dijual.
Bikin bisnis, potensi kaya bisa banget dari sini, tapi harus siap juga dengan potensi rugi atau bahkan jadi miskin jika gagal kelola keuangan.
Deposito? Naik, sih, nilainya tapi jauh lebih rendah daripada inflasi, jadi tetap ada ruginya juga.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.