Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hafiful Hadi Sunliensyar
Penulis di Kompasiana

Kompasianer

Bahasa yang Sama Masih Digunakan Tiga Etnis Ini 700 Tahun Lalu

Kompas.com - 27/09/2022, 16:28 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di dalam sejarah dikatakan bahwa wilayah Kerinci, Jambi, dan Minangkabau pada masa Hindu-Buddha mungkin berada dalam satu institusi politik/negara yang sama.

Kemungkinan besar adalah kerajaan yang dinamakan ahli sejarah sebagai kerajaan Malayu. Selanjutnya, pemisahan bahasa terjadi saat terbentuknya kesultanan-kesultanan Islam.

Orang-orang Kerinci di masa Islam (abad 16 hingga abad ke-18 M) memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Jambi dibandingkan dengan Minangkabau.

Penelitian ini juga memiliki kekurangan dan keterbatasan, yakni sejauh mana jumlah kosakata yang berhasil dikumpulkan dari ketiga penutur bahasa tersebut.

Bahasa Kerinci sendiri memiliki puluhan dialek. Satu kosa kata bisa mengalami perubahan bunyi dan diucapkan dengan cara-cara berbeda.

Di samping itu, pada contoh kosakata yang ditunjukkan dalam tabel, tampaknya juga berbeda dengan kosakata bahasa Kerinci secara umum.

Misalnya kata "cium", biasanya diucapkan nyium, nyiun, atau senyun, kata "ia" yang dalam kosakata Kerinci disebut "nyo, nya" tetapi cuma ditulis "dia", kata “engkau” yang dalam bahasa

Kerinci diucapkan sebagai "iko, “kau”, “mpun" tetapi hanya ditulis "kau," kata "garuk" yang dalam bahasa Kerinci diucapkan "gaut" tetapi ditulis "gait," dan banyak lagi contoh lain yang bisa mempengaruhi persentase persamaan bahasa.

Tentu saja perbedaan ini akan memengaruhi pula tingkat kekerabatan dan usia pisah sebagaimana yang ditunjukkan dalam hasil penelitian ini.

Lebih jauh, peneliti tidak menyebutkan dari desa mana sampel kosakata dikumpulkan, sehingga tidak diketahui apakah data kosakata tersebut cukup representatif untuk mewakili bahasa Kerinci.


Sumber:
Sholeha, M, dan Hendrokumoro, H. 2022. Kekerabatan Bahasa Kerinci, Melayu Jambi, dan Minangkabau. Diglosia: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 5 (2), 399-420

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau