Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kapasitas rumah produksi garam dalam sekali perebusan adalah 640 Kg per tiga hari.
Jika produksi garam dilakukan secara kontinu dalam satu bulan, jumlah garam gunung yang dapat diproduksi mencapai 6,4 ton.
Namun, produksi garam sebanyak itu belum pernah dilakukan oleh penduduk. Tujuan produksi lebih utama untuk memenuhi kebutuhan garam warga kampung, surplus produksi mereka jual ke penduduk luar desa bahkan ke Malaysia.
Menurut Pak Jumanli, kepala desa serta keturunan penemu situs garam ini, bangmen atau sumur garam yang ada di Desa Pa Kebuan belum pernah kering, air asin akan bertambah secara alami di musim kemarau maupun musim hujan.
Lebih lanjut disebutkan, alasan mengapa mereka tidak memproduksi garam di rumah masing-masing dikarenakan dahulu jalannya masih jelek serta kendaraan yang mengangkutnya mudah karatan karena terkena air garam. Itu sebabnya penduduk desa memutuskan membuat rumah produksi garam di satu tempat.
Selain warga kampung, ada satu keluarga yang mengelola rumah produksi ini sehari-hari yakni Pak Johan (42) dan istrinya Linda (40). Anak kecil mereka kadang turut bersama mereka selama proses pembuatan garam.
Menurut Ibu Linda, keluarganya telah menekuni pembuatan garam gunung selama 40 tahun.
"Waktu orang tua saya masih mengelola sumur garam ini, saya yang masih kecil sering ikut ke sini, sekarang kami pula yang melanjutkannya," tuturnya.
Produksi garam Ibu Linda terdiri atas 2 jenis yakni, garam yang berwarna merah jambu dan garam berwarna putih.
Garam berwarna merah jambu di jual seharga 30 ribu per Kg, sedangkan garam berwarna putih dijual seharga 40 ribu per kilo gramnya.
Teknik produksi garam gunung yang dipraktikkan di Rumah Produksi Garam Mursib Desa Pa Kebuan telah mengalami perkembangan.
Dahulu, proses perebusan hanya dilakukan satu kali dan warna garam yang diperoleh tidak terlalu putih.
Penemuan teknik kedua produksi garam justru terjadi tidak sengaja ketika instalasi rumah produksi garam ini mengalami kebakaran di masa lalu.
Pasca kebakaran, air dalam drum perebusan yang masih tersisa mereka langsung tidak buang.
Mereka mencoba-coba untuk merebusnya kembali, dari hasil perebusan kedua kali ini mereka melihat bahwa abu dan serbuk kotoran lainnya yang mengendap di dasar drum terpisah dalam proses perebusan dan pengendapan.