Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Marahalim Siagian
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Marahalim Siagian adalah seorang yang berprofesi sebagai Konsultan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Melihat Proses Pembuatan Garam Gunung di Kalimantan Utara

Kompas.com - 05/10/2022, 11:10 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kapasitas rumah produksi garam dalam sekali perebusan adalah 640 Kg per tiga hari.

Jika produksi garam dilakukan secara kontinu dalam satu bulan, jumlah garam gunung yang dapat diproduksi mencapai 6,4 ton.

Namun, produksi garam sebanyak itu belum pernah dilakukan oleh penduduk. Tujuan produksi lebih utama untuk memenuhi kebutuhan garam warga kampung, surplus produksi mereka jual ke penduduk luar desa bahkan ke Malaysia.

Menurut Pak Jumanli, kepala desa serta keturunan penemu situs garam ini, bangmen atau sumur garam yang ada di Desa Pa Kebuan belum pernah kering, air asin akan bertambah secara alami di musim kemarau maupun musim hujan.

Lebih lanjut disebutkan, alasan mengapa mereka tidak memproduksi garam di rumah masing-masing dikarenakan dahulu jalannya masih jelek serta kendaraan yang mengangkutnya mudah karatan karena terkena air garam. Itu sebabnya penduduk desa memutuskan membuat rumah produksi garam di satu tempat.

Selain warga kampung, ada satu keluarga yang mengelola rumah produksi ini sehari-hari yakni Pak Johan (42) dan istrinya Linda (40). Anak kecil mereka kadang turut bersama mereka selama proses pembuatan garam.

Menurut Ibu Linda, keluarganya telah menekuni pembuatan garam gunung selama 40 tahun.

"Waktu orang tua saya masih mengelola sumur garam ini, saya yang masih kecil sering ikut ke sini, sekarang kami pula yang melanjutkannya," tuturnya.

Produksi garam Ibu Linda terdiri atas 2 jenis yakni, garam yang berwarna merah jambu dan garam berwarna putih.

Garam berwarna merah jambu di jual seharga 30 ribu per Kg, sedangkan garam berwarna putih dijual seharga 40 ribu per kilo gramnya.

Bagaimana Garam Gunung Dibuat?

Teknik produksi garam gunung yang dipraktikkan di Rumah Produksi Garam Mursib Desa Pa Kebuan telah mengalami perkembangan.

Dahulu, proses perebusan hanya dilakukan satu kali dan warna garam yang diperoleh tidak terlalu putih.

Penemuan teknik kedua produksi garam justru terjadi tidak sengaja ketika instalasi rumah produksi garam ini mengalami kebakaran di masa lalu.

Pasca kebakaran, air dalam drum perebusan yang masih tersisa mereka langsung tidak buang.

Mereka mencoba-coba untuk merebusnya kembali, dari hasil perebusan kedua kali ini mereka melihat bahwa abu dan serbuk kotoran lainnya yang mengendap di dasar drum terpisah dalam proses perebusan dan pengendapan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau