Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Alex Japalatu
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Alex Japalatu adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mengunjungi Situs Gua Rambe Manu, Saksi Perang Kodi 1911-1913

Kompas.com - 18/11/2022, 11:06 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Ayah mereka, Lota Mahemba (alm), memiliki hubungan darah dengan Wona Kaka. Sama-sama dari Parona Bongu, kampung besar milik klan. Kepada saya Michael menunjukkan "pohon" keluarga Wona Kaka.

Kekalahan dari pasukan Wona Kaka membuat Letnan Brendsen panas. Ia kemudian mengerahkan prajurit sewaan dan juga orang-orang tahanan untuk memblokade pasukan Wona Kaka.

Dengan keadaan terdesak, Wona Kaka berharap alam masih berpihak kepada mereka. Suatu hari saat hujan turun begitu lebat dan di tengah kegelapan malam, pasukan Wona Kaka mulai bergerak meninggalkan gua.

Menurut kesaksian Dita Ngedo, saat itu hanya ada satu tentara Belanda yang berjaga yang sedang mengantuk kedinginan.

Dengan keuntungan itu, pasukan Wona Kaka berhasil melarikan diri ke arah Waikelo yang terdapat banyak penduduk untuk mendapat pasokan makanan.

Gua Rambe Manu, Situs Bersejarah Perang Kodi

Elisabeth Deta Dengi, juru pelihara situs Gua Rambe Manu masih memiliki pertalian darah dengan saya. Inya Tamo, ibundanya adalah saudara sepupu saya, dari kakek yang sama: Goka Lando. Lisa anak pertama Inya Tamo.

Begitu tahu kami akan berkunjung ke Gua Rambe Manu, Wily Guna Hari, seorang guru, adik Lisa juga ingin ikut. "Untuk mengenang masa kecil," kata Wily kepada saya.

Sebab Gua Rambe Manu bagi Lisa dan Wily sudah mengalir dalam darah. Ayahanda mereka, Daniel Ndara Kaka, adalah juru pelihara situs ini, sebelum pemerintah Kabupaten Sumba Barat (ketika itu) memintanya mencari pengganti.

Lisa mau menggantikan tugas ayahandanya dan diangkat sebagai pegawai honorer. Sementara Daniel kini dalam masa persiapan pensiun. Tahun 2023 masa baktinya akan selesai.

Demikianlah, kami tiba di Kampung Kabappa, di mana situs ini masuk ke wilayahnya. Di sana ada empat rumah. Semua warganya masih memiliki pertalian darah dengan Daniel Ndara Kaka. Ah, betapa kecilnya dunia!

Ketika tiba dan melihat langsung situs gua Rambe Manu, peninggalan bale-bale yang dijadikan tempat tidur Wona Kaka dulu.

Menurut Michael yang ditemui di tempat berbeda menceritakan bagaimana kondisi ketika pertama kali ia datang ke gua Rambe Manu.

"Waktu kami masuk pertama ke Rambe Manu sekitar akhir tahun 1995, kami masih temukan tulang dan tengkorak hewan berserakan di lantai gua. Bale-bale dari kayu tempat tidur Wona Kaka juga masih ada," kata Michael.

Menurutnya, tulang-tulang hewan tersebut adalah ternak milik warga yang diberikan kepada Wona Kaka atau justru dirampas.

Susunan kayu yang digunakan sebagai bale untuk istirahan Wona Kaka dan pasukannya.Alex Japalatu Susunan kayu yang digunakan sebagai bale untuk istirahan Wona Kaka dan pasukannya.
Jumat, 2 Juli 2021 ketika kami naik ke Rambe Manu, bale-bale tempat tidur Wona Kaka masih ada di sana. Sebanyak 12 batang kayu seukuran pergelangan tangan orang dewasa, masing-masing satu meter panjangnya, disusun berderet-deret. Tampak lapuk dimakan usia.

Saya memotret, tapi tak berani duduk di atasnya.

***

Sumber:

Buku Wona Kaka, Perang Melawan Belanda di Kodi 1911-1913

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau