Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dian S. Hendroyono
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dian S. Hendroyono adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Piala Dunia 2022 dan Maknanya bagi Qatar

Kompas.com - 28/11/2022, 17:31 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Arti Piala Dunia untuk Tim Nasional Qatar"

Tim nasional Qatar boleh berbangga karena sudah tampil sebanyak 10 kali di ajang Piala Asia, bahkan pernah menjadi juara di tahun 2019.

Prestasi dan pencapaian itu sama sekali bukanlah pencapaian yang buruk untuk sebuah tim yang baru berlaga di pertandingan internasional resmi pertamanya pada 27 Maret 1970.

Akan tetapi, Piala Dunia berada di level dan tingkatan yang sama sekali beda dengan Piala Asia. Biasanya, negara yang dipilih menjadi tuan rumah Piala Dunia adalah negara yang tim nasional sepak bolanya sudah pernah menjadi juara atau paling tidak sudah pernah lolos ke ajang Piala Dunia.

Lain ceritanya dengan Qatar. Qatar sama sekali belum pernah berlaga di turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia ini. Maka tak heran bila lantas Piala Dunia 2022 menjadi kontroversial kala Qatar terpilih menjadi tuan rumah.

Bahkan, The Times, secara terang-terangan menyebut Qatar menyediakan $880 juta dolar AS sebagai uang suap kepada FIFA, yang mestinya hal itu bersifat rahasia.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebanyak $400 juta diberikan 21 hari sebelum pengumuman FIFA mengumumkan Qatar menjadi tuan rumah, sementara $480 juta lagi diberikan 3 tahun setelah pengumuman itu berlangsung.

Jumlah tersebut berada di luar jumlah uang yang digunakan Qatar untuk membangun berbagai infrastruktur pendukung, yakni sebanyak $220 miliar.

Akibat kabar itu dan keputusan kontroversial FIFA memilih Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, banyak “hujatan” ditujukan kepada Qatar, termasuk salah satunya datang dari eks-presiden FIFA, Sepp Blatter.

Hal itu disampaikan Blatter pada 8 November lalu, ia mengungkapkan bahwa menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah sebuah “kesalahan” dan merupakan “pilihan yang buruk”. Lebih lanjut, Blatter juga menegaskan bahwa keputusan tersebut adalah akibat dari tekanan politik terselubung.

Blatter mengatakan Piala Dunia 2022 diberikan kepada negara di Jazirah Arab itu karena "ulah" eks presiden UEFA, Michel Platini, yang berada di bawah tekanan presiden Prancis ketika itu, Nicolas Sarkozy.

"Untuk saya, sudah jelas bahwa Qatar adalah sebuah kesalahan, pilihan yang buruk. Ketika itu, di Komite Eksekutif, sudah disepakati bahwa Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Amerika Serikat untuk Piala Dunia 2022. Itu adalah pernyataan damai untuk dua lawan politik menjadi tuan rumah Piala Dunia secara beruntun," kata Blatter, kepada surat kabar Swiss, Tages-Anzeiger.

Blatter tidak menyebut Qatar pilihan yang buruk karena kontroversi hak asasi manusia, melainkan karena: "Negara itu sangat kecil. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk Qatar."

Naturalisasi, Jalan Pintas Qatar Membentuk Tim Sepak Bola

Meski begitu, Piala Dunia 2022 sudah berjalan dan timnas Qatar sudah melakoni parta pembuka pada 20 November lalu dengan penampilan yang berantakan. Mereka kalah 0-2 dari Ekuador.

Dengan hasil itu, Qatar mencatatkan rekor baru sebagai tim tuan rumah Piala Dunia yang kalah pada pertandingan pembuka.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau