Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ita Siregar
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ita Siregar adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pengalaman Tak Terlupakan Mengikuti Ritual Patarias Debata Junjungan

Kompas.com - 06/12/2022, 18:45 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

"Inilah Ompung yang mendatangi saya, dalam mitologi China," katanya sambil memperlihatkan emas berukir dewi dengan banyak tangan.

Sebelumnya, saya pikir ritual ini akan menampilkan suasana seram dan mistis. Ternyata, tidak sama sekali. Semua berjalan santai.

Panuturi memimpin ritual dengan khidmat, para mediator menari mengikuti alunan musik gondang dari Pargonsi.

Tuan Sariburaja

Seorang teman yang pada malam itu juga bertindak sebagai mediator menjelaskan kepada saya bahwa roh leluhur yang berkenan hadir pada ritual malam itu lengkap.

Darinya, saya jadi tahu bahwa Tuan Sariburaja, yang patungnya terdapat di Situs Batu Hobon ini adalah keturunan Guru Tatea Bulan. Sementara Guru Tatea Bulan adalah keturunan Si Raja Batak, selain Raja Isumbaon.

Dijelaskannya lagi bahwa Guru Tatea Bulan memiliki 5 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Lima anak laki-laki itu adalah Raja Biak-Biak atau Raja Uti, Tuan Sariburaja, Limbong Mulana, Sagala Raja, Silau Raja.

Sementara empat anak perempuannya adalah Si Boru Pareme, Si Boru Anting, Si Boru Biding Laut, Nantinjo.

Menurut teman yang juga menjadi mediator, roh mereka hadir semua malam itu. Mendatangi para mediator selama ritual berlangsung.

Ompung yang mendatangi teman saya adalah Putri Lopian. Putri Sisingamangaraja XII. Seorang Panglima Perang. Oleh sebab itu, tarian yang dibawakan teman saya ini cenderung cepat.

Ritual ini berlangsung sepanjang malam. Para mediator baru berhenti menari setelah Pargonsi berhenti memainkan musik pukul 5 pagi. Tak lama saya memutuskan untuk beristirahat.

Ketika saya terbangun, waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi dan saya menyaksikan pemandangan yang luar biasa indah. Suasana pagi di Situs Batu Hobon benar-benar menakjubkan.

Selang satu jam kemudian, Panuturi kembali mengajak para mediator yang masih tinggal untuk kembali manortor. Pargonsi pun kembali memainkan musik gondang.

Acara ritual baru dinyatakan selesai setelah Ompung memberi tanda selesai. Para mediator berhenti menari, pargonsi berhenti memainkan musik. Kemudian Panuturi akan mengucapkan terima kasih dan mempersilakan mereka untuk pulang.

Setelah acara ritual selesai, Panuturi meminta para parhobas untuk menurunkan tampah-tampah yang berisi buah-buahan dan makanan lain dari meja altar untuk disajikan.

Kami semua yang hadir di sana sarapan pagi bersama, menyantap makanan Ompung.

Setelah selesai sarapan, kemudian dilanjutkan dengan membereskan tenda dan tikar. Sampah-sampah juga dikumpulkan kemudian dibakar.

Bunga-bunga yang diletakkan di dalam vas sebagian ada yang membawa pulang dan sebagian lagi ditinggalkan untuk Ompung.

Tepat pukul 12 siang, kami semua meninggalkan Situs Batu Hobon untuk kembali ke tempat asal masing-masing.

Pengalaman menyaksikan ritual ini merupakan pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau