Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mas Wuri
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Mas Wuri adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Tradisi Sasapton: Pertunjukan dan Praktik Diplomasi Kultural Banten

Kompas.com - 15/12/2022, 18:24 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Penjelasan Abah Yadi juga diperkuat dengan catatan sejarah tentang Sasapton oleh Husein Djayadingrat (1983) yang mengungkapkan bahwa Sasapton merupakan permainan tradisional berkuda yang dilaksanakan oleh seluruh rakyat Banten, tanpa membedakan golongan bangsawan maupun rakyatnya.

Menurut catatan sejarah, permainan Sasapton ini pertama kali diadakan pada masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakir Abdul Kadir. Lebih lanjut, diterangkah bahwa Sasapton merupakan suatu upacara dalam rangka ungkapan kegembiraan Sultan Abdul Mufakir Abdul Kadir atas kelahiran cucunya.

Lantas, upacara ini pun berlangsung turun-temurun bahkan hingga masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, pada abad 16-17 M.

Lantas, apa hubungannya tradisi Sasapton ini dengan diplomasi politik kekuasaan soft power?

Dari minimnya catatan sejarah terkait Sasapton ini, kami para peneliti menyimpulkan bahwa tradisi Sasapton merupakan alat atau instrumen diplomasi politik kekuasan Kesultanan Banten.

Tujuannya tentu tak hanya menjaga relasi atau hubungan dengan rakyat, melainkan juga relasi dengan bangsa-bangsa lain dalam hal kerja sama perdagangan internasional.

Hal ini terlihat terlihat di masa-masa kejayaan Kesultanan Banten, terutama pada masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakkir (1596-1651) sampai Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672).

Pada masa ini, banyak sekali kapal-kapal dagang yang silih berganti berdatangan ke Banten, mulai dari Portugis Spanyol, Perancis, Denmark, Inggris, Belanda, India, Gujarat, Benggala, Persian dan sebagainya

Tak hanya kapal-kapal dagang internasional, kapal dagang dari dalam nusantara pun juga silih berganti berdatangan ke Banten, mulai dari Lampung, Selebar, Cirebon, Kerawang, Sumedang, Mataram, Patani, Aceh, Malaka, Ternate, Jambi, Palembang, Goa, Makassar, Banda, Sumbawa, Selor, Ambon, dan sebagainya.

Dari gambaran itu, bisa dibayangkan betapa ramainya Banten dan pelabuhannya pada masa itu. Di samping itu, tentu tradisi Sasapton yang dilakukan waktu itu juga pasti ramai dan sangat meriah.

Dengan adanya Sasapton di saat Banten sedang ramai-ramainya pedagang internasional dan dari dalam nusantara itulah, Sasapton menjadi suatu bentuk diplomasi kultural sekaligus diplomasi politik Sultan Banten.

Sebab, berkat Sasapton seluruh saudagar dari berbagai negara hadir dan turut menyaksikan pertujunkan Sasapton. Ini lah bukti bahwa betapa kaya kebudayaan Banten.

Secara teori Cummings (2009) mendefinisikan diplomasi budaya sebagai pertukaran ide, informasi, seni, dan aspek budaya lainnya di antara bangsa dan masyarakatnya untuk dapat menumbuhkan pemahaman bersama.

Oleh karenanya diplomasi ini bertujuan untuk saling menyatukan dan mempertemukan, seperti ketika satu bangsa memusatkan upayanya untuk mempromosikan bahasa nasional, menjelaskan kebijakannya dan sudut pandang, atau 'bercerita untuk seluruh dunia.

Tradisi Sasapton: Strategi Diplomasi Kultural dalam Kerja Sama Internasional

Tradisi Sasapton yang mempertemukan semua golongan, baik bangsawan dan rakyat biasa adalah upaya sang sultan merangkul sekaligus membuka ruang bagi rakyatnya untuk berbaur dengan kalangan bangsawan istana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com