Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Felix Tani
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Felix Tani adalah seorang yang berprofesi sebagai Ilmuwan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Joki Akademik: Permasalahan Amoralitas dan Gagalnya Perguruan Tinggi

Kompas.com - 10/03/2023, 08:11 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Akibatnya, mereka jadi lebih memilih mencari jalan pintas dengan membayar joki akademik untuk mengerjakan tugas-tigas itu.

Ironisnya, mentalitas seperti itu lalu difasilitasi, sekaligus diamplifikasi oleh para perajin karya ilmiah alias joki akademik.

Kian hari, perjokian akademik ini lantas berkembang menjadi sebuah lembaga yang tak diakui keberadaannya (unsanctioned institutions), tetapi eksis karena berfungsi memenuhi kepentingan kelompok mahasiswa dan dosen pengambil "jalan pintas".

Masalah Amoralitas

Terkait praktik perjokian akademik ini tak ada satu alasan pun untuk membenarkannya. Menurut saya, hanya ada satu kata untuk praktik ini, amoral.

Suatu perbuatan bisa disebut amoral jika pelaku, berdasar norma yang berlaku, sangat sadar dan tahu bahwa perbuatannya buruk/salah tetapi tetap melakukannya dengan sengaja.

Dengan merujuk pengertian itu, maka joki akademil serta mahasiswa atau dosen pengguna jasa joki secara bersama-sama telah melakukan tindakan amoral.

Dengan menjadi joki atau menggunakan jasa joki akademik, maka telah melanggar beberapa norma akademik, yakni integritas atau kejujuran dan autentisitas atau keaslian yang harus melekat dalam sebuah kerja riset dan karya ilmiah sebagai hasilnya.

Ditambah lagi motif para joki akademik dalam membuat karya ilmiah pesanan orang adalah uang dan dengan begitu secara sadar mereka telah melanggar norma/etika akademik.

Dalam mengerjakan sebuah pesanan karya imiah, seorang joki tak pernah benar-benar melakukan riset, teoritis, ataupun empiris. Mereka hanya bermodal templat aneka karya ilmiah dan stok teks serta data berupa skripsi, tesis, dan disertasi.

Jadi, mereka hanya memasukkan teks dan data ke dalam templat yang mereka inginkan, dengan melakukan perubahan atau modifikasi seperlunya.

Tak hanya para joki akademik, dosen atau mahasiswa yang menggunakan jasa joki akademik telah melanggar norma/etika akademik.

Tindakan menggunakan jasa joki bagi mahasiswa ataupun dosen tersebut termasuk pelanggaran aspek integritas (kejujuran) dan autentisitas (keaslian) dalam proses pencarian dan penemuan kebenaran saintifik.

Akibatnya, ketidakjujuran dalam kerja riset ilmiah akan menghasilkan kebohongan berkedok sains. Pada akhirnya, hal tersebut akan merusak reputasi validitas atau kredibilitas sains.

Selain itu, ketidakaslian hasil riset akan berimplikasi adanya repetisi (pengulangan hal serupa) atau bahkan plagiarisme yang tentu menjadi hal sangat tidak etis di ranah sains.

Bagi saya, ketidakjujuran dan ketidakaslian riset sains pada karya ilmiah hasil kerja joki akademik itu akan merugikan masyarakat dalam dua cara.

Pertama, memberikan pengetahuan palsu. Kedua, memberikan informasi yang basi atau berisi pengulangan dari yang sudah ada sebelumnya.

Dengan kata lain, karil hasil kerja joki tak punya nilai manfaat (aksiologi) bagi masyarakat. Jika ada nilainya, maka itu hanya nilai uang yang dibayarkan mahasiswa/dosen kepada joki sebagai upah.

Tidak berlebihan jika dikatakan makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal ilmiah yang dihasilkan joki itu pada akhirnya hanyalah "sampah akademik".

Kegagalan Perguruan Tinggi

Dengan segala sisi negatif dari hadirnya joki akademik ini maka bisa dibilang perjokian akademik ini adalah puncak gunung es kegagalan perguruan tinggi kita dalam hal penyelenggaraan pendidikan.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau